Sunday, March 31, 2019

Ngentot Dengan Mahasiswi Jago Ngentot

Pemuas Nafsu - Sebelum kuliah di Surabaya, Doni kuliah di perguruan tinggi di Jakarta. Di sana, ia mempunyai seorang pacar bernama Windy. Setelah setahun kuliah di Jakarta, Doni dan Windy tidak betah, dan akhirnya mereka berdua pindah ke Surabaya (di universitas & fakultas yang sama).




     Ketika pertama kali saya bertemu dengan Windy, saya terpana dengan parasnya yang cantik. Saya merasa Doni sangat beruntung mendapatkan pacar seorang gadis yang cantik seperti Windy. Memang, Doni bercerita bahwa Windy merupakan rebutan cowok-cowok di kampusnya (baik di Jakarta maupun Surabaya). Ketika bersalaman dengannya, saya tidak dapat melepaskan pandangan dari wajahnya yang sangat cantik dan imut itu.

     pertama dengan Windy, dia selalu terbayang dalam pikiranku. Apalagi Windy sering main ke rumah kami (o iya, saya dan Doni tinggal berdua di sebuah rumah di Surabaya). Setiap Windy datang ke rumah, saya pasti merasa deg-degan. Seakan-akan Windy adalah pacar saya sendiri (apa karena Doni dan saya kembar, jadi saya merasakan hal ini ya?). Kadang-kadang, Doni & Windy suka berduaan di kamar Doni, dan saya sering mendengar mereka cekikikan berdua di kamar. Saya jadi merasa iri dengan Doni. Saya belum pernah punya pacar sejak dulu. Memang dibanding Doni, saya anaknya agak lebih pendiam. Saya tetap punya teman-teman cewek, tapi bukan pacar.


Suatu kali, Doni sedang pergi keluar kota bersama teman-temannya untuk beberapa minggu (hampir sebulan kalau tidak salah). Windy tetap di Surabaya, karena dia mengambil semester pendek. Saya sempat merasa agak kesepian juga di rumah, karena saya hanya sendirian saja. Apalagi kalau Doni tidak di sini, berarti Windy juga nggak akan datang ke rumah saya kan?



Nah, pada suatu siang di rumah, tiba-tiba saya seperti mendengar suara motor Windy dari kejauhan. “Ah, aku pasti terlalu merindukan kehadiran Windy”, pikirku, sampai suara motor lewat pun saya sangka suara motor Windy.


     Eh, ternyata suara motor itu memang menuju ke rumahku, and guess what, itu memang Windy! Dia mengenakan kaos ketat berwarna oranye-biru, dan celana jeans ngatung yang juga ketat. Sunggu menggairahkan sekali penampilannya saat itu. Saya gembira campur bingung, kenapa Windy datang ke sini, padahal Doni kan lagi pergi?

“Halo Dino.. Sendirian aja ya di rumah? Kasian, ditinggal Doni sendirian. Pasti sepi ya?”, kata Windy sambil menuntun motornya masuk.


“Iya nih Win, sendirian terus tiap hari. Kamu tumben dateng ke sini? Ada angin apa Win?”


“Ini No, aku mau ngambil catetanku yang dulu dipinjem Doni. Soalnya ada perlu buat semester pendek.”


“Ooo.. kalo gitu masuk aja Win. Aku kurang tau di mana Doni nyimpen catetanmu. Liat aja di kamarnya.”, jawabku lagi.


Windy pun masuk ke kamar Doni dan mencari catetannya di laci meja komputer Doni. Sepertinya dia memang sudah tau kalau Doni menyimpannya di sana. Untuk membuka laci itu, dia mesti agak membungkuk. Ketika membungkuk, bagian belakang baju kaosnya agak terangkat, dan tampaklah olehku punggungnya yang putih mulus. Wahh.. walaupun hanya sedikit yang tampak, tapi itu sudah membuat pikiranku melayang dan otomatis penisku pun ikut berdiri.

“Udah dapet nih No, catetannya.”, kata Windy kepadaku.

“Oh, di sana ternyata dia simpen ya? Oke deh. Itu aja yang perlu Win?”, kataku dengan agak sedikit kecewa, karena kalau memang hanya itu tujuan dia ke sini, berarti dia udah mau balik dong..?

“Iya, ini aja. Aku pulang dulu deh ya No.”

Yaahh.., sebentar banget aku sempat ketemu dengan Windy, pikirku.:((Kemudian Windy keluar menuju motornya. Di depan motornya aku melihat dia menggantungkan sebuah tas yang agak besar.

“Bawa apaan tuh Win?”, tanyaku sama Windy.

“Oh, ini? Sebenarnya setelah ini aku bukan mau pulang sih. Aku rencananya mau ke tempat temenku. Numpang mandi. Abis, air di kosku lagi habis. Sumurnya kering No. Wah, jadi ketauan deh kalo aku belum mandi nih.. Jadi malu..”, kata Windy dengan agak malu-malu.

Wah.., kesempatan nih!

“Kenapa nggak mandi di sini aja Win? Airnya banyak kok di sini. Daripada repot-repot ke tempat temenmu lagi. Gimana? Mau?”, cecarku dengan penuh semangat (campur nafsu:)

“Mmm.., nggak apa-apa nih No?”, tanya Windy agak ragu.

“Nggak apa-apa kok. Bener. Suwer. Samber geledek.”, jawabku dengan sedikit bercanda.

“Ya oke deh kalo gitu. Aku numpang mandi ya..”

Yess.. Akhirnya aku punya kesempatan untuk bersama Windy lebih lama lagi.. Windy langsung masuk lagi menuju kamar mandi. Aku hanya dapat membayangkan apa yang terjadi di dalam kamar mandi itu. Aku membayangkan Windy membuka baju ketatnya, dan melepaskan celana jeansnya. Aku membayangkan bagaimana tubuh seksi Windy hanya berbalutkan BH dan celana dalam saja. Hhhmm.. penisku langsung tegang dengan sendirinya tanpa perlu kusentuh. Sedang enak-enak melamun, tiba-tiba pintu kamar mandi Windy terbuka. Oh, ternyata Windy masih mengenakan pakaiannya, tidak seperti dalam bayanganku.

“Dino, aku bisa pinjem handuk nggak? Aku lupa bawa nih. Sori ya ngerepotin.”

“Oh, nggak apa-apa. Ntar ku ambilin.”

Ketika aku memberikan handukku kepada Windy, terlihat tali BH Windy yang berwarna hitam di bahunya. Walaupun itu hanya seutas tali BH di bahu, tapi itu sudah cukup untuk membuatku berimajinasi yang bukan-bukan tentang Windy.

“Makasih ya Dino..”, wah, suaranya benar-benar bisa membuatku terbang ke langit ketujuh..

“eh, iya..”, jawabku.

No comments:

Post a Comment