Thursday, May 9, 2019

Cerita Pemuas Nafsu Binal Sahabat Cantikku

Pemuas Nafsu - ini menceritakan tentang hubungan seks dengan teman lamaku yang cantik dan memiliki tubuh mulus dan seksi yang bernama Lidya. Aku dan Lidya sudah lama sekali tak bertemu. Setelah sama-sama lepas dari pasangan masing-masing, masing-masing bertemu, sekali. 

Mungkin karena kecocokan kami lewati, dari mulai curhat hingga ML yang bisa dibilang sudah sama-sama hapal kesenangan masing-masing. Pada suatu kesempatan, kami bertemu kembali di telepon, dan langsung bertemu di kantornya hari sabtu siang, yang membahas juga ada pekerjaan yang harus dikumpulkannya.

Meluncurlah aku kekantornya di gedung utama ibu kota. Karena hari itu hari sabtu, kantor tutup sebagian besar praktis. Demikian juga di lantai tempat kantor Lidya, hanya kantornya yang buka, itupun sudah tidak ada karyawan piket karena memang cuma setengah hari. Karenanya, Lidya sendiri yang membukakan pintu dan menyambutku dengan penuh semangat. 

Akupun demikian, Meskipun sempat terpana sebelumnya melihat dirinya yang semakin cantik, sensual dan seksi, didukung dengan penampilannya siang itu yang mengenakan blazer merah, rok mini ketat dan sepatu tinggi hingga menampakkan kejelasan perban hijauil dan ramping. "Aku selesai'in kerjaanku dulu ya., Abis itu baru kita jalan ..", kata Lidya sambil mengajakku ke mejanya setelah kita ngobrol-ngobrol di ruang tamu. 

Lidya lalu duduk di kursinya sambil menyelesaikan pekerjaan di komputernya. "Aku pijetin yah ..," Kataku sambil berdiri di belakang kursinya berbarengan dengan mampirnya tanganku yang kedua di pundaknya untuk memijat. "Hmm .., enaknya .., udah lama kamu kamu nggak mijet aku .., aku kangen sama tanganmu ..," katanya lagi sambil menggeliat manja. "Kangen sama bibirku juga nggak?," Bisikku kemudian yang kubarengi dengan ciumanku di kupingnya. 







Lidya langsung menggeliat, selain waktu kraag blousenya agak kusingkap dan ciumanku menjalar ke leher dan tengkuknya yang mulus. ”Kataku sambil berdiri di belakang kursinya berbarengan dengan mampirnya, kedua tanganku di pundaknya untuk memijat. "Hmm .., enaknya .., udah lama kamu kamu nggak mijet aku .., aku kangen sama tanganmu ..," katanya lagi sambil menggeliat manja. "Kangen sama bibirku juga nggak ?," bisikku nanti yang kubarengi dengan ciumanku di kupingnya. Lidya langsung menggeliat, selain waktu kraag blousenya agak kusingkap dan ciumanku menjalar ke leher dan tengkuknya yang mulus. 

”Kataku sambil berdiri di belakang kursinya berbarengan dengan mampirnya, kedua tanganku di pundaknya untuk memijat. "Hmm .., enaknya .., udah lama kamu kamu nggak mijet aku .., aku kangen sama tanganmu ..," katanya lagi sambil menggeliat manja. "Kangen sama bibirku juga nggak?," Bisikku kemudian yang kubarengi dengan ciumanku di kupingnya. Lidya langsung menggeliat, selain waktu kraag blousenya agak kusingkap dan ciumanku menjalar ke leher dan tengkuknya yang mulus. ”Kataku sambil berdiri di belakang kursinya berbarengan dengan mampirnya, kedua tanganku di pundaknya untuk memijat. "Hmm .., enaknya .., udah lama kamu kamu nggak mijet aku .., aku kangen sama tanganmu ..," katanya lagi sambil menggeliat manja. "Kangen sama bibirku juga nggak?," Bisikku kemudian yang kubarengi dengan ciumanku di kupingnya. 

Lidya langsung menggeliat, selain waktu kraag blousenya agak kusingkap dan ciumanku menjalar ke leher dan tengkuknya yang mulus. ”Kataku sambil berdiri di belakang kursinya berbarengan dengan mampirnya, kedua tanganku di pundaknya untuk memijat. "Hmm .., enaknya .., udah lama kamu kamu nggak mijet aku .., aku kangen sama tanganmu ..," katanya lagi sambil menggeliat manja. "Kangen sama bibirku juga nggak?," Bisikku kemudian yang kubarengi dengan ciumanku di kupingnya. Lidya langsung menggeliat, selain waktu kraag blousenya agak kusingkap dan ciumanku menjalar ke leher dan tengkuknya yang mulus.

Aroma enak yang alami kurasakan lagi setelah sekian lama tak perlu dipertemukan. “Ssshh .., kamu nggak berubah yah ..,” Rintih Lidya menikmati sambil mematikan computernya. "Kaya'nya kita nggak perlu keluar dari sini deh .., bawa ya, aku kunci dulu pintu menang," katanya lagi. Agak lama Lidya membuka pintu depan, dan waktu kembali ke ruang mengambil, mataku terbelalak melihat Lidya hanya tinggal mengenakan blazer merahnya yang terkancing seadanya tanpa apa-apa lagi di dalamnya. Tanpa bicara, Lidya langsung menggandengku menuju ruang pertemuan kecil yang hanya berisi meja bulat dan beberapa kursi. "Aku kangen melihat tubuhmu," katanya lagi. Sementara aku membuka pakaianku semua,


BACA JUGA >>>> Cerita Pemuas Nafsu Nikmatnya Bercinta Dengan Mertuaku


Begitu aku bugil total, Lidya meyuruhku duduk di kursi rapat, sementara dia mengambil posisi berdiri dihadapanku sambil pelan-pelan membuka kancing blazernya dengan gaya variasi. Setelah itu, disingkapnya masing-masing ke samping sehingga muncullah pemandangan yang sangat indah. 

Buah dadanya yang ranum, bulat, dan padat dengan pentilnya yang merah muda itu nampak mencuat menantang, penuh dengan yang semakin basah oleh keringat sehingga kulitnya yang mulus semakin berkilat. Belum lagi saya terkagum-kagum diundang, Lidya langsung duduk dipangkuanku dengan mengangkangkan pahanya bertumpu di pegangan tangan kursiku jadi posisi buah dadanya tepat sekali di mukaku. “Udah lama kamu nggak menyantap susuku, ayo dong isep”,

Penisku mulai berdiri lagi dengan bantuannya ini, memberi aku bebas menghirup aroma tubunya yang bercampur antara parfum dan keringatnya itu. Muncul ideku untuk main-main dulu dengan menciumi lehernya yang jenjang dan terus ke belakang telinganya. Lidya menggeliat kegelian dan membuat hidung dan bibirku menjalar ke ketiaknya yang halus itu, setelah sebelumnya meluncur lengannya yang lembut. 

Disitu kuciumi sepuas-puasnya dan kujilat-jilat tentang ketiaknya yang merupakan salah satu kesukaannya juga. Kegeliannya membuat kepala Lidya menengadah kebelakang sehingga buah dadanya siap dilumat dengan mulutku yang semakin membohong.

Kujilati mulai dari bawah buah dadanya, terus kesamping dan berlama-lama di seputar putingnya yang makin mengeras. Lidya yang nggak sabar, mendorong putingnya ke mulutku yang langsung kusambut dengan jilatan panjang, gigitan kecil dan kemotan-kemotan halus di putingnya. 

Tubuhnya semakin menggelinjang kompilasi tanganku juga beraksi mengusap-usap selangkangannya yang ternyata sudah basah dari tadi. Jariku mulai menyusup ke vaginanya dan kugosok-gosok klentitnya. Tidak Cuma itu, jari-jarikupun menerobos masuk ke vaginanya yang terbuka bebas dengan gerakan maju-mundur yang makin lama makin cepat, dan .. “Aaggh..sudah dong, sudaah”, Erang Lidya yang badannya sedang berusaha mendekap dengan cepat mukaku di buah dadanya sampai aku sulit bernafas, sementara jariku menikmati hangatnya cairan dari vaginanya. 

Rupanya Lidya baru mencapai klimaksnya dengan posisi kedua pahanya yang masih mengangkang dan masing-masing bertumpu pada sandaran tangan kursiku. Tubuhnya lalu kuangkat dari kursi dan kurebahkan di meja bundar di depanku dengan kursi kedua, dari batas lutut menjuntai ke bawah, agar Lidya bisa menarik kembali mengingat tenaganya. Sementara beristirahat, aku yang duduk kembali di kursi terangkat kedua, melepaskan sepatu naik, dan membuka di pangkuanku sambil kupijat lembut dari ujung kaki hingga betisnya.

Sementara beristirahat, aku yang duduk kembali di kursi terangkat kedua, melepaskan sepatu naik, dan membuka di pangkuanku sambil kupijat lembut dari ujung kaki hingga betisnya.

Kupen lepaskan yang bener-bener mulus bersih dengan jari-jari terbuka yang rapi dan tanpa kutek itu serta betisnya yang ramping berisi. Lidya menikmati sekali pijatanku, bahkan waktu kugantikan tugas tanganku dengan bibirku yang dipindahkan seluruh permukaan kulit pulih. "Aawh..sshh, .. geli sayang," Rintihnya lagi tetap pasrah menerima pembayaran untuk kuciumi dan kujilati dari mulai sepatu hak, telapak kaki hingga jari-jari jari. 

Selain kumainkan lidahku, jangan lupa kukemot satu persatu jari pilih yang kutahu paling dia suka. Lidya menikmati sekali permainanku ini sampai posisi kedua memutuskan agar tak beraturan karena memegang geli dan nikmat. Meski kedua masih kuciumi, pahanya mulai sedikit terbuka, jadi satu tanganku bisa bebas menjamah kemah paha dan selangkangannya.

Puas dengan memutar, kulanjutkan ke atas, lihat betisnya yang indah, bagian dalam lutut, dan pahanya. Sempat kukecup-kecup lembut kedua paha sambil memegangku terus menjelajah ke vaginanya. Lidya menggelinjang, tetapi tanpa sadar malah memajukan duduknya ke pinggir meja dan kedua melepaskan dikangkangkan ke masing-masing ujung meja, jadi selangkangannya makin lebar makin terbuka membuatku makin bernafsu. Tanpa menunggu lagi, kupindahkan mulutku ke vaginanya yang tampak basah, dan kedua tanganku menjamah buah dadanya di atas.

Jilatan-jilatan dan isepan-isepanku di vagina inilah yang paling dicari Lidya. Dari menyusuri bibir vaginanya, kuarahkan kemudian lidahku ke clitorisnya dan kumainkan dengan ujung lidahku hingga Lidya mengerang hebat. Tak cuma itu, klitorisnya juga luput juga dari kuluman bibirku yang kubarengi dengan liukan lidahku yang semakin membohong. “Mas, kencengin lidahnya mas”, Pinta Lidya sambil menunggu tiba-tiba memenangkan kepalaku lebih dalam. Aku tahu maksud Lidya yang meminta lidahku dikerasin penis dan ditarik maju-mundur ke liang vaginanya. Domino

Lidya meronta-ronta, ditambah kompilasi klitorisnya kujilat berulang-ulang yang lalu kujulurkan lebih dalam menembus liang vaginanya secara bersamaan dengan semakin cepatnya gerakan maju-mundur pinngul Lidya, dan "aghh" .. aagh! "Tubuhnya melengkung dan mengejang. Kepalanya direbahkan kebelakang dan kedua pahanya dirapatkan sehingga menjepit kepalaku yang masih dibutuhkan di selangkangannya sambil terus-menerus naik kencang. 

Tanpa kembali, lagi, lagi, lagi, naik, kursi, naik, naik, ke atas, dan kutumpangkan pada setiap-masing-masing di pundakku, sehingga posisi penisku tepat di depan liang vaginanya yang benar-benar berada di pinggir meja. "Ooowh ..," teriak Lidya begitu penisku yang berdiri keras bak meriam masuk langsung ke liang vaginanya. 

Langsung kugerakkan maju-mundur pinggulku yang membuat Lidya menjerit-jerit kecil karena memegang geli, setelah mencapai klimaks sebelumnya. Pinggulnya diputar-putarkan mengimbagi gerakan penisku yang semakin lama semakin cepat bergerak maju-mundur. Lidya semakin pasrah saat meletakkannya, kupegang dan kukangkangkan ke samping sambil terus menggenjot vaginanya. Baru tutup Lidya tak tahan, dan lebih memilih melingkarkan keluar ke pinggangku sambil terus menggoyang-goyang pinggulnya.

Kesempatan ini kupergunakan dengan merapatkan badanku ke dalam yang indah itu, dan dengan tak henti menggenjot vaginanya, bibir dan tanganku ikut bekerja. Tanganku meremas buah dadanya yang ranum, dan bibirku merajalela di wajah dan lehernya. Penisku semakin cepat menghujam ke liang vaginanya. Kedua tanganku kemudian pindah kedua dan bibirku kutolak ke putingnya untuk kujilat dan kukemot habis-selesain .., jadi ”Aaagghh ..!,” Teriak Lidya dan aku semakin cepat. Kedua tubuh bugil kami sama-sama menegang. 

Kedua pulih kencang sekali menghimpit pinggangku, dan mengembalikan kepalaku ke buah dadanya. Kami sama-sama terdiam beberapa saat menikmati ledakan yang luar biasa. Keringat mengucur deras membasahi meja rapat Sementara AC terasa dingin. 

Kulepas tubuhku kemudian sambil memandangi tubuh Lidya yang indah mulus terlentang di atas meja. Tampangnya yang sensual itu masih tersenyum kepuasan, dan membuatku gemas. Lalu aku mulai lagi memulai seluruh liku liku dengan jilatan-jilatan nakal, Lidya bisa menggelinjang pasrah dan dengan manja lagi, "Coba deh kamu setiap hari ke kantorku."....


No comments:

Post a Comment