Thursday, April 11, 2019

Cerita Pemuas Nafsu Bercinta Di Kampus Ruang Komputer

Pemuas Nafsu -  Hari ini percaya larut malam. Aku masih berada di ruang komputer kampus saja. Pegal menikmati seharian menulis tugas yang harus disampaikan besok pagi. Untunglah akhirnya selesai juga. Sambil melepas lelah iseng-iseng aku buka internet dan masuk ke situs-situs porno. Aku membuka gambar-gambar orang bersenggama lewat anus. Mula-mula terasa aneh, tapi makin lama aku merasa fantasi lain. Aku merasakan erangan betina yang kesakitan karena lubang duburnya yang betul ditembus dengan betul yang mengeras. Ah .. khayalanku semakin jauh.





     Tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara pintu terbuka dan tertutup. Hai .. aku lihat sudah jam 22:30, malam-malam begini pikiranku jadi bayangkan hal-hal menakutkan. Tapi kemudian aku dikagetkan lagi kompilasi melihat perempuan membawa peta berisi beberapa kertas dan dua buah buku masuk kemudian menaruhnya di sebelah komputer, lalu membuka komputer dan mengetik.

     Komputernya terhalang tiga meja komputer di sebelahku. Aku jadi lega, sekarang ada teman, Meskipun dia tidak memperhatikan aku sama sekali. Aku memutuskan dari samping, berbicara manis dengan hidung yang kecil dan mancung. Kulitnya tidak terlalu putih, tapi mulus dengan jaket jeans pendek yang dikenakannya, dia tampak cantik.

     Tapi, akh sangat peduli. Aku melanjutkan buka-buka situs tadi, anganku semakin menerawang, ikut aku semakin menegang. Dan akhirnya aku melirik pada wanita di dalam ruangan itu, dan langsung aku melirik akhirnya. Besar! pikirku. Tiba-tiba saja aku membayang kalau membunuhku merobek-robek pantatnya yang menggiurkan itu. Aku jadi deg-degan, semakin dibayangkan makin jadi-jadi pertengkaranku. Sampai akhirnya aku selesai. Aku ingin menenangkan diriku agar tampak normal.

“Ma'af .. sedang terlatih tugas?” Suaraku sedikit bergetar.
Dia melirikku Sebentar Lalu matanya tertuju Lagi Ke Layar komputer, Sambil Menjawab,
“Iya .. Mas .. aku kelupaan menuliskan beberapa judul buku hearts PT kepustakaan, cuma dikit kok.”
“Rumahnya deket here?”
“Iya di asrama, Dan Saya biasa kerja malam-malam begini, ”jawabnya.
“Nah .. selesai deh,” dia membereskan kertas-kertas, lalu terdengar suara mesin printer bekerja.
Dia menerima dan kelihatan puas.

“Bisa pulang sama-sama?” Aku bertanya sambil mataku segera-pulang setuju melihat ke arah Balasnya yang kelihatan besar membayang celana trainning kain parasitnya. Aduh, ayahaku mendesir.
"Sebentar aku tutup dulu komputerku ya .."
Aku bangkit pergi ke komputerku.
“Mas sedang ngerjakan menebak?”
Aku kaget tidak menyangka kalau dia mengikuti aku.
“Ah .. ini .. iseng-iseng aja buka-buka internet, capek sih ngetik serius terus dari tadi.”
“Eh .. gambar-gambar gituan yaa? Hai ih! ”Dia mengangkat bahunya, tapi mulutnya tersenyum.
“Ah .. iseng-iseng aja .. Mau ikutan liat-liat?” Tiba-tiba nasibku muncul. Dan di luar dugaan dia tidak ditolak.

“Tapi bentar aja yaa .. entar keburu malam!” Dia langsung duduk di kursi sebelahku.
Makin lama kami makin asyik buka-buka gambar porno, sampai akhirnya,
“Aku mau pulang deh Mas. Udah malem .. Aku bisa pulang sedirian .. deket kok. ”
Dia siap tiba. Tapi dengan reflek tanganku cepat memegang dikumpulkannya. Dia terkejut. Aku sudah tidak memperdulikan apa-apa lagi, selain mempraktekkan gambar-gambar yang dilihat tadi. Kemaluanku sudah menegang.

                    BACA JUGA >>>> Istri Selingkuh Karena Anu Suami Tak Kuat

     Tanpa basa aku langsung bisa pahanya dan langsung melumat bibirnya. "Umh .. mh .." dia berusaha meronta dan menarik kembali ke belakang, tetapi tangan kiriku cepat menahan belakang, sementara tangan kananku sudah memegang buah dadanya, memutar-mutar, dan meremas-remas putingnya. Gerakan perempuan semakin lama semakin lemah, akhirnya aku dilepaskan ciumanku, dan dipindahkan menciumi bagian-bagian tubuh lain, leher, belakang telinga, kembali ke leher, lalu naik ke bagian buah dadanya. Aku melihat dia juga menikmatinya. Matanya mulai sayu, bibirnya terbuka merekah.

"Namamu siapa?" Aku agak bisa mengendalikan situasi. Dia tidak menjawab. Hanya melihat yang sayu itu melihat kepadaku. Aku tidak mengerti maksudnya. Tapi ah tidak perduli aku mengangkat berdiri, lalu aku duduk di kursi, kutarik badannya dan dia duduk di pangkuanku. "Ehh .. hh .." dia berdesah kompilasi kepalaku menyeruduk buah dada yang masih terhalang T-shirt merah muda di balik jaket jeans yang terbuka kancingnya. Tanganku segera naik kaosnya, jadi tampak bagian bawah dadanya yang masih ada di belakang BH. Kunaikkan BH-nya tanpa melepaskan, dan kembali mulutku beraksi pada putingnya, sementara tanganku meremas-remas menangnya dan pahanya.

“Oohh .. Mas .. Mas .. Aoohh ..” aku semakin menggila mendengar desahnya. Lalu aku ingin mewujudkan niatku untuk menembuskan batang kemenanganku ke pantatnya. Kubalikkan badannya jadi dia membelakangiku. Aku pun berdiri dan menurunkan celana trainingnya dengan mudah. Dengan tidak sabar menunggu, ganti pun segera kuturunkan. Aku duduk dan kutarik badannya sehingga aku menang. “Aghh .. Uhh” aku terkejut karena membunuhku yang sedang menegang itu rasanya mau pecah diduduki kemenangannya. Tapi nafsuku menghilangkan rasa sakit itu. Aku memegang kemaluanku dan kutempelkan ke lubang duburnya, lalu kutekan. “Aaah ..” dia menjerit, berusaha mengejang ke belakang. Tapi undanganku tidak bisa masuk.

     Lubangnya terlalu sempit. Keberingasanku makin menjadi. Aku dorong membalikkan posisi badannya membungkuk di meja komputer. Pantatnya jelas kelihatan, bulat. Membuat dia dari belakang membuat dia tertindih di meja. Kutempelkan kemenanganku pada lubang kemenangannya. Sementara tangan kiriku meremas buah dada kirinya. Mulutku pun tidak henti-hentinya menggerayangi bagian belakang leher dan punggungnya. Dengan sekali hentak dipaksa, kudorong masuk hukumanku. “Aih .. ah uh aoowww ..” aku pun mersa sedikit kesakitan, tapi kesenangan yang tiada taranya kurasakan. “Jangan .. aduh aahh sakiit, tidak deh .. ahh ..” Aku semakin bernafsu mendengar rintihannya.

     Sambil memeluk buah dadanya., Kutarik dia berdiri. Lalu aku pun bergerak gerakan maju maju, mulutku mencium pipinya dari belakang, sementara tanganku meremas buah dadanya, seolah-olah ingin menghancur lumatkan tubuh perempuan yang sintal itu. Membuat dia dari belakang membuat dia tertindih di meja. Kutempelkan kemenanganku pada lubang kemenangannya. Sementara tangan kiriku meremas buah dada kirinya. Mulutku pun tidak henti-hentinya menggerayangi bagian belakang leher dan punggungnya. Dengan sekali hentak dipaksa, kudorong masuk hukumanku. “Aih .. ah uh aoowww ..” aku pun mersa sedikit kesakitan, tapi kesenangan yang tiada taranya kurasakan. “Jangan .. aduh aahh sakiit, tidak deh .. ahh ..” Aku semakin bernafsu mendengar rintihannya.

       Sambil memeluk buah dadanya., Kutarik dia berdiri. Lalu aku pun bergerak gerakan maju maju, mulutku mencium pipinya dari belakang, sementara tanganku meremas buah dadanya, seolah-olah ingin menghancur lumatkan tubuh perempuan yang sintal itu. Mulutku pun tidak henti-hentinya menggerayangi bagian belakang leher dan punggungnya. Dengan sekali hentak dipaksa, kudorong masuk hukumanku. “Aih .. ah uh aoowww ..” aku pun mersa sedikit kesakitan, tapi kesenangan yang tiada taranya kurasakan. “Jangan .. aduh aahh sakiit, tidak deh .. ahh ..” Aku semakin bernafsu mendengar rintihannya. Sambil memeluk buah dadanya., Kutarik dia berdiri. Lalu aku pun bergerak gerakan maju maju, mulutku mencium pipinya dari belakang, sementara tanganku meremas buah dadanya, seolah-olah ingin menghancur lumatkan tubuh perempuan yang sintal itu. Mulutku pun tidak henti-hentinya menggerayangi bagian belakang leher dan punggungnya. Dengan sekali hentak dipaksa, kudorong masuk hukumanku. “Aih .. ah uh aoowww ..” aku pun mersa sedikit kesakitan, tapi kesenangan yang tiada taranya kurasakan. “Jangan .. aduh aahh sakiit, tidak deh .. ahh ..” Aku semakin bernafsu mendengar rintihannya.

Perempuan itu bukan henti-hentinya merintih, terutama kompilasi saya kudorong masuk. Beberapa tetes air mata menggelinding di pipinya. Mungkin kesakitan, aku tidak tahu. Tapi apa daya aku pun sudah tidak kuat menahan keluar air maniku lagi dan tubuhku mengejang, perempuan itupun mengejang dan merintih, karena tanganku dengan sangat keras meremas buah dadanya. Badannya ikut tertarik ke belakang, dan mulutku tanpa terasa menggigit lehernya. "Ouhh .. hh .." kenikmatan luar biasa kompilasiku menyemburkan air maniku ke pantatnya. Hangat sekali. Aku terduduk dia pun terduduk di atas kemenanganku yang masih menancap di pantatnya. Kepalaku terkulai di punggungnya. Perempuan itu memandang ke arah Layar komputer dengan pandangan kosong. Sementara tetes air masih terus membasahi pipinya.

"Ma'afkan aku .. Aku tidak kuat nahan diri," aku berusaha menghiburnya. Tapi dia tidak menjawab.
"Siapa namamu?" Tanyaku dengan lembut. Kembali dia membisu.
“Aku mau pulang .. kamu tidak perlu nganter aku .. biar orang-orang tidak tanya macem-macem,” katanya dengan suara pelan.
"Aku sebenarnya tau siapa kamu .. Mas," dia berbicara tanpa menoleh ke arahku.
"Ha .. aku .." aku tekejut.
“Ya .. karena aku temen baru pacarmu, Yuni, aku pernah liat foto-fotomu di tempat dia.”
Kali ini dia menatapku dengan tajam.
"Tapi .. aku sama sekali tidak nyangka kelakuanmu seperti ini," selesai dia mengumpulkan celana dan membetulkan BH dan T-shirtnya.
“Tapi tidak usah khawatir aku tidak bakalan cerita kejadian ini, aku takut ini akan melukai ketakutan. Dia setia sama kamu, ”lanjutnya.
"Kamu tidak .. kasian ama dia?"

       Aku terdiam, termangu, bahkan tidak berhasil kalau dia sudah berlalu. Akhir-akhir ini aku tahu nama gadis itu Rani, memang dia teman pacarku, Yuni. Aku menyesali tindakanku. Tetap baik pada kami berdua. Kami bahkan menjadi kawan akrab. Seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Entah sampai kapan saja dia akan menyimpan rahasia ini. Aku kadang-kadang khawatir, kadang-kadang juga memperhatikan iba pada Rani. Oh, aku telah menghancurkan gadis yang tulus .....


No comments:

Post a Comment