Friday, April 12, 2019

Cerita Pemuas Nafsu Dosen Seksi Nafsu Tinggi

Pemuas Nafsu - Sebut saja namaku Edo, Aku adalah mahasiswa tingkat akhir di sebuah universitas di Surabaya. Di kampus aku punya dosen yang cantik dan lembut. Namanya Bu Erni. Berkenaan dengan Bu Erni, ada sesuatu yang membuat hidupku lebih indah dan menyenangkan selama tiga bulan ini.





Bermula pada saat siang hari aku melakukan tugas akhir. Di jurusanku sebelum masuk ke skripsi, seorang siswa harus mengambil tugas akhir membuat sebuah desain. Bu Erni adalah pembimbingku untuk tugas tersebut. Bimbingan berlangsung singkat saja, karena Bu Erni ada tugas lain di luar kampus saat itu. Setelah selesai, Bu Erni setuju untuk datang ke rumah saja di malam hari untuk menerima bimbingan. Malamnya aku datang.

Rumahnya ada di kompleks perumahan yang sepi dan tenang. Bu Erni sudah bercerai dari presentasi. Ia berjalan sekitar 37 tahun, dengan seorang anak yang masih bersekolah TK. Meskipun sudah menunggu 37 tahun, namun Bu Erni masih terlihat seperti baru lepas ABG saja. Kulitnya putih, bersih dan segar. Bodinya langsing, meski tidak terlalu tinggi. Pada kaki dan menantang ditumbuhi bulu halus, tapi cukup lebat, yang kontras dengan kulitnya yang putih itu. Saat itu merupakan liburan TK-SD dan liburan menengah di rumah sepupunya yang selamat dengan dia.

   BACA   JUGA   >>>>  Cerita Pemuas Nafsu Bercinta Di Kampus Ruang Komputer

Aku dan Bu Erni sebenarnya memang sudah cukup akrab. Dia pernah menjadi dosen waliku dan beberapa kali aku pernah datang ke rumah, jadi aku tidak canggung lagi Selain itu dalam banyak hal, kami sama, misalnya soal selera musik. Setelah bimbingan selesai, kami hanya mengobrol ringan saja. Kemudian Bu Erni meminta tolong.

"Rud, slot lemari pakaian di kamarku rusak, bisa minta tolong diperbaiki?"

Kemudian aku naik ke lantai dua, ke kamarnya. Kamarnya wangi. Penataan interiornya juga indah. Kurasa wajar saja, sejak semula aku tahu ia punya selera yang bagus. Itu pula yang membuat kami akrab, kami juga sering memperbincangkan soal-soal seperti itu, selain soal-soal yang berkaitan dengan kampus. Aku tersenyum melihat sebagian isi lemari pakaiannya.

Pakaian dalam-nya. Aku juga menyukai warna seperti itu. Warna seperti itu sering pula kusarankan pada Kiki untuk dipakainya, karena dengan pakaian dalam yang membuatku lebih bergairah. Bu Erni hanya tersenyum melihatku “terkesan” menyaksikan terinspirasi lingerie-nya. Dengan slot kuperbaiki, pintu serius lemarinya rusak. Ia keluar meninggalkanku di kamarnya. Sesaat kemudian pekerjaanku selesai. Saat itu Bu Erni masuk. Tiba-tiba tanpa kusangka, ia melap peluh di dahiku dengan lembut. AC di kamarnya memang dimatikan, jadi udara gerah. agen domino

“Panas Rud? Biar AC-nya kuhidpkan ”, begitu katanya sambil menghidupkan AC.

Saat kekagetanku belum hilang, ia kembali melap keringat di Dahiku. Dan kali ini bahkan dengan lembut ia melepaskan wajahku. Segera aku menyambar aroma wangi dari membuat agar jantungku berdetak tidak seperti biasanya. Lebih lanjut ia melanjutkan membuat detak jantungku semakin kencang dengan mendekatkan bibirnya ke bibirku. Sesaat kemudian kusadari bibirnya dengan lembut telah melumat bibirku. Kedua meminta dilingkarkan ke leherku dan semakin dalam aroma pula wangi menambah terhirupku, yang bersama tindakannya melumat bibirku, kemudian mengalir dalam urat darahku sebagai penguat yang indah.

Ia terus melumat bibirku. Lalu mulai pelan-pelan dibuka satu persatu kancing kemejaku. Saat ini saya mulai mampu menguasai diriku. Maka dengan pelan-pelan pula kubuka kancing blusnya. Setelah kemejaku lepas, ia menariknya melepaskan jeansku. Begitu pula yang kulakukan dnegan roknya, kutarik resliting yang pindah rokya. Kemudian ia melepaskan bibirnya dari bibirku dan dirilis.

Saat itu aku terbelalak melihat keindahan yang ada di depan mata. Payudaranya sedang-sedang saja, tapi indah dan terlihat kencang dibungkus bra hitam bepotongan pendek berenda yang membuat barang indah itu tampak semakin indah. Payudaranya memunculkan "hiasan dinding" yang mengundang pendaki untuk menaklukkannya dengan hasrat yang paling pembohong. Dan menengok ke bawah, aku semakin dibuat terkesan dengan jantungku juga semakin berdetak kencang. Di balik celana dalam dengan potongan yang pendek yang juga berwarna hitam berenda yang indah, tersembul bukit venus yang menggairahkan. Di tepi renda celana itu, tampak rambut yang menyembul indah melengkapi keindahan yang sudah ada.

Kulihat Bu Erni juga tersenyum menatap lonjoran tegang di balik celana dalamku. Tangannya lembut mengelus lembut lonjoran itu. Sensasi yang mengalir aliran darahku kemudian menggerakkan tanganku mengelus bukit venusnya. Itu tampak memejam sesaat dengan erangan yang pelan kompilasi tanganku dibuka daging kecil di tengah bukit venus itu. Ia kemudian melanjutkan tindakannya melumat bibirku dengan lembut. Bibirnya yang lembut serta napasnya yang wangi kembali membuatku dialiri sensasi yang memabukkan. Ia rupanya memang menunggu dan tidak siap untuk menuju puncak kenikmatan.

Bibirnya kemudian ia lepaskan dari bibirku dan ia menyelaraskan leherku dengan bibirnya. Napasnya membelai kulit leherku jadi terasa geli namun nikmat. Kadang-kadang ia mengginggit leherku namun rupanya ia tidak ingin meninggalkan bekas. Dia tahu itu aku punya pacar, karena belum lama, Kiki kuperkenalkan saat kami bertemu di sebuah toko buku.

Ia kemudian turun ke dadaku dan mempermainkan menempatkan susuku dengan mulutnya, yang membuat aliran darahku dialiri perasaan geli tapi nikmat. Semakin ke bawah, ia berdiri di belakang batang yang tersembunyi di balik celana dalamku, yang waktu itu juga berwarna hitam. Sesaat ia mempermainkannya dari luar. Ia kemudian dengan lembut menarik celana dalamku. Ia tersenyum sambil memiringkan penisku yang tegak dan kencang, seperti mercu suar yang siap memandu pelayaran kegembiraan libido kewanitaannya.

Dengan lembut ia kemudian mengulum penisku. Maka aliran hangat yang bermula dari permukaan syaraf penisku pelan-pelan menyusuri aliran darah menuju ke otakku. Aku serasa diterbangkan ke awan pada ketinggian tak terukur. Bu Erni terus mempermainkan lonjoran daging kenyal penisku itu dengan kelembutan yang menerbangkanku ke awang-awang. Caranya mempermainkan barang kejantananku itu sangat berbeda dengan Kiki cewekku. Kiki dijalankan dengan ganas dan panas, sementara Bu Erni sangat lembut ingin dilewatkan seluruh bagian syaraf yang ada di situ. Cukup lama Bu Erni melakukan itu.

Saat perjalananku ke awang-awang kurasakan cukup, kutarik penisku dari dekapan mulut lembutnya. Giliran aku yang ingin membuat dia terbang ke awang awang. Maka kubuka bra yang menahan payudara indahnya. Semakin terperangahlah aku dengan keindahan yang ada di depan mataku. Di depanku bediri dengan tegak bukit kembar yang indah sekaligus menggairahkan. Di sekitar puncak bukit itu, di sekitar putingnya yang merah kecoklatan, tumbuh bulu-bulu halus. Menambah keindahan buah dadnya. Tapi aku tidak memulainya dari situ. Aku hanya mengelus putingnya sebentar. Itupun aku sudah keluar desah halus yang keluar dari bibir indahnya.

Kumulai dari lehernya. Kulit lehernya yang halus licin seperti porselen dan wangi kususuri dengan bibirku yang hangat. Ia mendesah terpatah-patah. Apalagi kompilasi tanganku tak kubiarkan menganggur. Jari-jariku memijit lembut bukit kenyal di dadanya dan kadang-kadang kupelintir lambat memilih merah kecoklat-coklatan yang tumbuh matang di ujung buah dadanya itu. Kurasakan semakin lama menggunakan itu semakin keras dan kencang. Setelah puas menyusuri lehernya, aku turun ke dadanya. Dan segera kulahap puting yang diangkat merah coklat itu. Ia menjerit pelan. Tapi tak kubiarkan jeritannya berhenti. 

Kusedot menaruhnya dengan lembut. Ya, dengan lembut karena aku yakin gaya seperti yang diinginkan orang seperti Bu Erni. Mulutku suka lebah yang menghisap lalu terbang sambil berganti menjadi buah dada saja. Tapi tak kubirakan buah dada yang tidak kunikmati dengan mulutku, tak tergarap. Maka tangankulah yang dilakukan. Kulakukan itu berganti-ganti dari buah dada satu ke buah dadanya yang lain.

Setelah puas aku turun bukit dan kususuri setiap jengkal kulit wanginya. Dan saat aku semakin turun aroma kucium yang khas dari barang pribadi seorang wanita. Aroma dari vaginanya. Semakin besarlah gairah yang mengalir ke otakku. Tapi aku tidak ingin langsung menuju sasaran. Cara Bu Erni membuatku melayang rupanya mempengaruhiku untuk tenang, sabar dan pelan-pelan juga berhasil naik ke awang-awang. Jadi dari luar celana dalam, kunikmati lekuk bukit dan danau yang ada di situ dengan lidah, bibir dan kadang-kadang jari-jem....

No comments:

Post a Comment