Sunday, April 21, 2019

Cerita Pemuas Nafsu Suami Lugu Ternyata Memuaskan

Pemuas Nafsu - Aku Sintia. Setelah lulus kuliah saya langsung bekerja di salah satu perusahaan swasta terkemuka di jakarta. Lama lamanya aku lulus dan bekerja, kedua orang tuaku yang sudah memilih senja menyuruhku menikah dengan salah satu putra kerabat jauh mereka. Aku menuruti saja kemauan kedua orang tuaku, sekarang gak jamannya lagi berlaku pernikahan ala Siti Nurbaya dan Datuk Maringgih, aku langsung nikah tanpa pacaran sebelumnya.

Lelaki itu (untukku minta ja abang) lebih tua dari aku. resepsi pernikahan kami berjalan lancar. Malam pertama lewat begitu aja. Gak da tu gulat smekdon yang menggebu2. Kami langsung tertidur karena meminta izin, sangat melelahkan, Bebas senyum dan salaman.





Saat aku bangun, dia gak disebelahku, aku memang bobo duluan semalem. aku keluar dari kamar untuk membuat secangkir kopi di dapur, dia lagi baca koran. Setelah minum kopi dan kamar mandi, aku siap beberes untuk siap2 kekantor. Aku memang gak bisa cuti Meski baru nikah. 

Saat aku bangun, dia gak disebelahku, aku memang bobo duluan semalem. aku keluar dari kamar untuk membuat secangkir kopi di dapur, dia lagi baca koran. Setelah minum kopi dan kamar mandi, aku siap beberes untuk siap2 kekantor. Aku memang gak bisa cuti Meski baru nikah. Bosku meminta dengan sangat saya minta cuti nikah karena ada proyek besar yang harus diselesaikan dalam waktu dekat ini, dan porsi kerjaan yang menjadi bagianku penting sekali untuk mendukung proyek ini. Meski kesal ya aku iya aja. “Sintia ke kantor ya bang, pulangnya mungkin malem, nguber dead line proyek” ujarku sambil mengenakan sepatu di ruang tengah. “Iya”, jawabnya singkat, gak yau apa yang ada dibenaknya, kok malem pertamaku bisa lewat bgitu aja tanpa nyolek2 aku, ngomong yang baru dinikahinya. Masa bodoh ah, Aku juga senang menikahi dia untuk menyenangkan kedua ortu aja. Dia gak mo nyentuh aku ya tidak masalah juga, mantan2 pacarku Jauh lebih banyak yang menerima aku sedang sinyal hihi.

Di kantor rame sekali, temen2 kerjaku yang prempuan cipika cipiki dengan aku sambil menggodaku sangat nikmat pertama, aku cuma senyum2 ja, gak tau ja semalem aku bobo ja ampe pagi, gak da yang nyolek2. Yang lelaki menyalami aku saja, kelihatan sekali kalo mereka kecewa dengan keputusanku untuk menikah, artinya gak bisa dugem lagi bareng mereka lagi. Malemnya, aku pulang dengan segudang rasa lelah bekerja di kantor, itu juga blon slesai kerjaanku. 

Di kantor rame sekali, temen2 kerjaku yang prempuan cipika cipiki dengan aku sambil menggodaku sangat nikmat malem pertama, aku cuma senyum2 ja, gak tau ja semalem aku bobo ja ampe pagi, gak da yang nyolek2. Yang lelaki menyalami aku saja, kelihatan sekali kalo mereka kecewa dengan keputusanku untuk menikah, artinya gak bisa dugem lagi bareng mereka lagi. Malemnya, aku pulang dengan segudang rasa lelah bekerja di kantor, itu juga blon slesai kerjaanku. Bos nyulau saya pulang duluan walau tim yang laen masi trus menggeluti kerjaannya masing-masing, tolong buat pengantin anyar kata bos, dan bahas dengan gemuruh ketawaan dari seluruh tim kompilasi aku pamit duluan. Setibanya di rumah dia blon pulang, padahal dah malem banget. Aku hanya bisa merebahkan badanku yang capek tanpa alas kaki pakean kerjaku. tiba tiba, “Udah pulang kamu?” Tanyanya sambil masuk ke kamar. “Maaf bang, tadi Sintia nggak sempet masak, kita pesen makanan pengiriman aja yah” jawabku. Kami menyantap makan malam kami setelah pesenannya dateng.

Dibandingkan temen2 prempuan dikantor, dan juga pengakuan temen2 lelakiku, aku termasuk wanita cantik, menawan juga seksi. Selain itu orang yang mudah mencairkan suasana dan nyambung jika diajak bercerita, makanya aku binasa ngeliat kelakuan suamiku itu, gak tau lugu pa jutek, amp juga gak tau mo ngomong apa ma dia. Namun dijodohkan tapi namanya malem pertama gak ngapa2in aneh juga untukku, mana ada kucing yang nolak ikan asin hihi.

Setelah mandi dia nonton tv, karena gak da acara yang menarik menurutnya, dia duduk di meja sambil menyiapkan kantor yang dibawanya pulang. Dah jam 23.30, aku dah ngantuk nungguin movenya, tapi kayanya ni malem bakal lewat lagi bgitu aja. aku menghampirinya, “Blon slesai bertemu bang”. “Blon”, jawabnya singkat, tanpa memandang wajahku yang berdiri disamping meja terbang. “Ya udah, kalo gitu Sintia tidur duluan yah”, jawabku dengan tetep senyum manis sambil bete banget.


                                   BACA  JUGA   >>>> Cerita Pemuas Nafsu Kenikmatan Seks 
                   >>>> Cerita Pemuas Nafsu Kenikmatan Seks Antar Tetangga Sungguh Nikmat 

Malam itu rupanya sofa menjadi tepat tidurnya karena keesokan harinya aku bangun dan dia gak diranjang. Kukira dia olahraga ato apa, kompilasi aku keluar kamar tidur dia sedang tidur di sofa. Rupanya, kmaren dia juga bobo di sofa, aneh banget, takut aku makan kali ya, padahal aku jinak banget, dimakan si enggak - paling diemut2 hihi. Aku segera membuatkan secangkir kopi untuknya dan kembali ke sofa di mana dia tidur.

“Bang, kok nggak tidur di kamar? Entar masuk angin loh, mending kan masuk ke Sintia ", kataku lihat dia menggeliat terbangun karena suara sandalku memecah keheningan pagi itu." Nggak apa-apa kok, ngeganggu kamu yang dah bobo duluan, jawabnya sambil bawaap, guyonanku gak dapet jawab papa . “Sintia buatin kopi ni”. “Nggak, nggak usah aku bisa buat sendiri kok” jawabnya. "Udah, nih ..." ujarku sambil menyodorkan secangkir kopi membantah, buset dah juteknya, setuju trima kasi dah dibikinin kopi maampu. setelah itu aku sengaja duduk mepet disampingnya, sangat dekat sampai paha kami berdua bersentuhan. Pagi itu seperti biasa saya menggunakan celpen dan kaos oblong yang kebesaran (ni seragam rumahku).

“Nggak ngantor?” Tanyanya. aku sengaja membuka tanganku di pahanya, dan menatapnya. “Jam sembilan lewat dikit baru aku berangkat, abang?” Tanyaku balik. “Sama, aku juga, kita berangkat bareng mau nggak?” “Siap komandan,” jawabku sambil tertawa, gunung es mulai menerima signalku. Waktu sebelum berangkat ke kantor kami gunakan untuk bercanda dan saling mengenal lebih dekat lagi. Hari itu terasa sangat singkat, tugas-tugas di kantor terasa lebih ringan mungkin karena kesulitan hatiku yang sedang menyenangkan.

Sepulang kantor dia menjemputku di kantor, sambil bergandengan tangan kami menuju mobil lalu meluncur ke sebuah rumah makan yang bersuasana romantis. Sampai di rumah makan itu lalu kami memesan makan dan minum. Sambil menunggu kami, aku mencoba membuka pembicaraan, “Bang, Sintia seneng deh abang ajak makan, ni kan resepsi khusus buat kita berdua ja ya bang”. Kemudian aku banyak cerita tentang kerjaan di kantor, problema yang aku hadapi di kantor, dia hanya menjadi pendengar yang baek tanpa mengomentari apa2 critaku.

Kemudian makanan sudah dihidangkan oleh pelayan dan selanjutnya kami makan dan aku selingi dengan menyuapinya. Dia merespons dengan menyuapi aku juga. Kami memang duduk bersebelahan, dah aku atur gitu. Bicara terhenti karena mulut masing2 sibuk mengunyah makanan yang dihidangkan. Setelah makan kami pun pulang. 

Kemudian makanan sudah dihidangkan oleh pelayan dan selanjutnya kami makan dan aku selingi dengan menyuapinya. Dia merespons dengan menyuapi aku juga. Kami memang duduk bersebelahan, dah aku atur gitu. Bicara terhenti karena mulut masing2 sibuk mengunyah makanan yang dihidangkan. Setelah makan kami pun pulang. Gak banyak pembicaraan yang kami lakukan, saya mulai ngantuk, kekenyangan - penyakit orang kaya, kalo bis makan trus ngantuk. Maklum, kata ahli kesehatan seabi makan darah banyak mengalir untuk mengolah makanan yang masuk, mata gak kebagian darah jadi akhirnya makin menyipit kerna ngantuk. Tapi lumayanlah, gunung es lebih mencair dibandingkan semalem.

Sesampainya di rumah, dia mandi duluan dan langsung nonton tv. Jam 21.00, aku baru mandi slesai, aku hanya mengenakan celpen tanpa atasan. Aku sedang mencari baju kaos gombrong dilemari. Tiba2 pintu terbuka, refleks langsung dia tutup pintu sembari minta maaf. Aku yakin, meski beberapa detik sebelumnya dia pasti melihat kedua toketku yang lumayan besar dan masi kencang banget, “Dosa, maaf aku mau ngambil bantal, aku nggak ngintip kok” katanya dari luar kamar. Meski jengkel tapi aku jadi geli sendiri, lihat kelakuan bodoh seorang lelaki yang judulnya suamiku itu. 

Apa impoten kali ya dia, sampe gak tergiur sama sekali lihat toketku tadi. Kukira gunung esnya semakin cair sejak tadi pagi dia nampak lebi ceria, gak taunya…. “Nggak apa-apa masuk aja ....” teriakku dari dalam kamar. Dengan menggunakan tangan kiri, meraba-raba Permukaan tempat tidur untuk mencari bantal. "Udah, gak usah nutupin mata, ntar kesandung2 lagi," kataku sambil mencolek pinggangnya. “Maaf, aku tidak mau ngintip tadi, aku bener-bener nggak sengaja”, katanya lagi. “Nyantai aja lagi, Sintia yang di intip kok abang yang panik”, balasku sambil tertawa, “eh, nggak pegel apa tidur di sofa? Enakan tidur di sini bareng Sintia, ”sambungku sambil menepuk tempat tidur. “Udah, cepetan tvnya di matiin dulu”, lanjutku sambil sedikit mendorongnya. Gunung Lumayan dan aku juga, selangkah lebi maju lagi. “Nyantai aja lagi, Sintia yang di intip kok abang yang panik”, balasku sambil tertawa, “eh, nggak pegel apa tidur di sofa? Enakan tidur di sini bareng Sintia, ”sambungku sambil menepuk tempat tidur. 

Sesampainya di rumah, dia mandi duluan dan langsung nonton tv. Jam 21.00, aku baru mandi slesai, aku hanya mengenakan celpen tanpa atasan. Aku sedang mencari baju kaos gombrong dilemari. Tiba2 pintu terbuka, refleks langsung dia tutup pintu sembari minta maaf. Aku yakin, meski beberapa detik sebelumnya dia pasti melihat kedua toketku yang lumayan besar dan masi kencang banget, “Dosa, maaf aku mau ngambil bantal, aku nggak ngintip kok” katanya dari luar kamar. Meski jengkel tapi aku jadi geli sendiri, lihat kelakuan bodoh seorang lelaki yang judulnya suamiku itu. Apa impoten kali ya dia, sampe gak tergiur sama sekali lihat toketku tadi. Kukira gunung esnya semakin cair sejak tadi pagi dia nampak lebi ceria, gak taunya…. “Nggak apa-apa masuk aja ....” teriakku dari dalam kamar. Dengan menggunakan tangan kiri, meraba-raba permukaan tempat tidur untuk mencari bantal.

"Udah, gak usah nutupin mata, ntar kesandung2 lagi," kataku sambil mencolek pinggangnya. “Maaf, aku tidak mau ngintip tadi, aku bener-bener nggak sengaja”, katanya lagi. “Nyantai aja lagi, Sintia yang di intip kok abang yang panik”, balasku sambil tertawa, “eh, nggak pegel apa tidur di sofa? Enakan tidur di sini bareng Sintia, ”sambungku sambil menepuk tempat tidur. “Udah, cepetan tvnya di matiin dulu”, lanjutku sambil sedikit mendorongnya. Gunung Lumayan es nurut juga aku, selangkah lebi maju lagi. “Nyantai aja lagi, Sintia yang di intip kok abang yang panik”, balasku sambil tertawa, “eh, nggak pegel apa tidur di sofa? Enakan tidur di sini bareng Sintia, ”sambungku sambil menepuk tempat tidur.

 “Udah, cepetan tvnya di matiin dulu”, lanjutku sambil sedikit mendorongnya. Gunung Lumayan es nurut juga aku, selangkah lebi maju lagi. “Nyantai aja lagi, Sintia yang di intip kok abang yang panik”, balasku sambil tertawa, “eh, nggak pegel apa tidur di sofa? Enakan tidur di sini bareng Sintia, ”sambungku sambil menepuk tempat tidur. “Udah, cepetan tvnya di matiin dulu”, lanjutku sambil sedikit mendorongnya. Gunung Lumayan es nurut juga aku, selangkah lebi maju lagi.

Setelah tv dimatikan, dia kembali ke kamar. Di kamar tidur saya, di atas tempat tidur, "bobo sini bang," kataku sambil membetulkan posisi bantal yang berada di sampingku. Dia merebahkan perbedaan tepat disampingku dan langsung memejamkan mata. “Abang masih punya pacar, yah, waktu kita, nikah,” katanya membuka perlahan-lahan, menatap wajahku yang sangat dekat dengan pembicaraan, memosisikan tubuhku yang menindih sebagian besar. “Nggak, emang napa?” ​​Tanyanya balik. “Penasaran aja, abisnya abang dingin banget… serem tau” jawabku sambil tersenyum. "Aku cuman kaget aja, keadaan berubah drastis banget" jawabnya. “Ohh… Sintia kira-kira abang jeruk makan jeruk.” “Aku masi normal kali” jawabnya, tanganku mulai memeluk perutnya, “abisnya… ..” aku cekikikan ja. Menerima sinyal yang saya berikan gak sia2 sama sekali masih belum membuahkan hasil.

Karena tidak bisa lagi bertahan kantuk akhirnya kami berdua tertidur sampai pagi, hanya tertidur tanpa melakukan sesuatu. Keesokan harinya, aku memeluknya dan tertidur dengan posisi setengah tubuhku menindih persaingan, aku gak meriksa ada yang tegang gak diselangkangannya. Aku nyesel gak mriksa, kalo tegang artinya dia masi normal seperti yang diucapkannya. “Bang, bangun… nggak ngantor?” Tanyaku sambil menjepit hidungnya. Dia menggeliat dan bangun sambil mengucek-ngucek mata. OMAHA

pagi itu, di kantor aku minta perhatian lebih lanjut dan teruskan kirim sms yang meminta kegiatannya dan lain-lain. Aku terus saja mengirim sinyal2 setuju dan respon kayanya positif.

Malemnya aku sampe duluan dirumah. Hari ini hari Jumat, besok kami berdua libur, aku menyiapkan strategiku untuk mendorong dia mau mengemeliku. aku dah nyiapin makan malem buat dia. aku memakai kaos berlambang MU dengan celpen, karena kegedean bajunya aku atur sampai bahu sebelah kananku terlihat dari leher baju. Dia bengong melihat aku pake baju kaya gitu. 

Malemnya aku sampe duluan dirumah. Hari ini hari Jumat, besok kami berdua libur, aku menyiapkan strategiku untuk mendorong dia mau mengemeliku. aku dah nyiapin makan malem buat dia. aku memakai kaos berlambang MU dengan celpen, karena kegedean bajunya aku atur sampai bahu sebelah kananku terlihat dari leher baju. Dia bengong melihat aku pake baju kaya gitu. "Kenapa kok abang bengong?" Tanyaku. "Tu kan kaos aku," katanya. “Iya, emang istri bisa pake baju izin?” Tanyaku balik. “Bole aja sih, eh tapi kamu cantik loh kayak gitu. Aku sampe terpana ngeliatnya ”katanya. “Bisa merayu juga toh abang. Kalo cantik mah Sintia dari bang kecil, abang baru nyadar ya kalo istri abang cantik ”, aku menggodanya. "Udah makan dulu sana ... .kuruuru dingin," kataku lagi. “Masakanmu enak Dosa”. "Tu kan selain cantik, istri abang koki yang baek juga ya".

Sehabis makan, dia nyamperin aku, aku lagi nonton film di tv. “Duduk di sini bang, deket Sintia”. lambat dia duduk disampingku. Aku langsung menarik dan menggengam jemarinya dengan erat. Dia menyandarkan menggunakan di sofa, aku langsung menyandarkan kepalaku di bahunya. Dia menaikan sedikit agar aku bisa meletakkan kepalaku di dadanya, tanganku menyusuri pinggangnya lalu kupeluk.

“Dosa, kalo mau minta tolong, mau ngomong sesuatu, tolong tahu aja, aku siap bantu kok” katanya untuk memecah suasana. “Abang masih belum menerima tantangan kalo kita udah nikah ya?” Jawabku pelan. “Sekarang udah nggak, abis kamu baik, cantik lagi.” “Ih gombal,.” Jawabku sambil mencubit pinggangnya.

Kalo Sintia sih pasrah aja, orang tuaku mau nyuruh apa juga, yang penting kerja Sintia nggak keganggu. Sintia mau meminta sesuatu yang sama abang, bole gak ”. "Meminta apa?" "Ehm, gimana ngomongnya ya," jawabku. “Udah, bilang aja, nggak usah malu” “beneran nih, gak papa?” ​​Tanyaku lagi. “Iya, beneran, trus apa?” ​​“Boleh minta cium nggak?” “Ooh ..” langsung dia mencium pipiku. "Iiihh ... bukan di situ, tapi di sini" kataku sambil menunjuk bibir.

Dia tidak meresponse, padahal sinyal yang kuberikan dah kuat banget. “Abang nggak mau ya, nggak apa-apa deh kalo gitu” kataku dengan nada sedikit kecewa. “Nggak, aku cuma ..” “Cuma apa bang?” Kataku karena dia diam sebentar. “Belum pernah ciuman” jawabnya malu-malu, mukanya memerah. "Astaga, jadi kita ciuman, itu ciuman pertama abang dong?" "Sintia prempuan pertama yang abang cium di bibir ya?" Kataku lagi, "Sintia ajarain dulu ya, terus nanti kalo udah bisa, abang bal."

Segera kucium bibirnya. mula2 hanya nempelin bibir, lalu aku mulai memagut bibirnya dan mulai menjulurkan lidahku menjadi mulutnya. “Dibales dong” kataku di sela-sela seranganku ke bibirnya. Alhamdulilah, dia membalas ciumanku dengan cara yang sama seperti yang kuajarkan. "Mmhhh" lenguhku. Setelah beberapa menit, kulepaskan ciumanku. Aku tertawa lepas sambil memandangnya, “nah, bibir abang udah nggak perjaka lagi.” kataku sambil menepuk dadaku. "Hebat juga kamu ya, master banget deh kayaknya, ngasi kursus juga ya?"

“Jadi bibir kamu sekarang juga udah nggak perawan nih,” candanya. “Apa lagi yang masih perawan?” “Ya semuanya lah” jawabku. “Mau dong nyobain” “sok atuh, silahken…,” jawabku sambil menarik jawab menjawab tubuhku. “Aku becanda kok” “beneran juga nggak apa-apa. nanggung kan rasanya kalo cuman gitu-gitu aja ”lanjutku memancing. “Terus maunya gimana?” “Nggak ngerti-ngerti juga?” Jawabku, kok ada ya didunia ini lelaki yang selugu itu, gak tau deh kalo dia cuma pura2 lugu. “Ngomongnya langsung aja, nggak usah berbelit-belit, bingung aku” “Sintia mau diemelin ma abang” jawabku sampai-sampai sambil menarik bajunya.

“Yah… nggak tau harus gimana duluan” jawabnya. “Kan ada film Bokep, liat dari situ aja bisa kan?” “Aku coba deh.” Aku segera menuju kamar tidur kami dan kembali membawa kotak kecil yang isinya adalah kumpulan DVD film-film porno dari jepang, asean, gak da bule maen ma bule, aku si liat liatnya, kalo bule maen ma asean pa jepang baru asik diliatnya. “Lengkap banget, .. hobby nonton ginian yah?” Tanyanya sambil melihat-lihat dvdnya. "Eh, ini punya kantor lagi, nonton sih sering tapi kalo punya koleksi banyak ini .... .enggak deh", jawabku.

"Aku kira kamu hiper" katanya bercanda. “Eh hiper juga asik tau, bisa siap setiap saat” jawabku sambil tertawa dan terus mencari bokep yang menurutku sangat bagus. “Nah ini dia akhirnya ketemu.” Kataku sambil merapihkan dvd lain yang hancur di atas sofa. “Nontonnya di kamar aja, bisa kalau capek bisa langsung tidur”. “Emangnya kita mau nyangkul? kok capek? ”tanyaku bercanda. Adegan pertama ciuman, dia duduk diatas tempat tidur dan aku duduk di pangkuannya. “Itu namanya foreplay bang”, kataku. Cerita seks99

Mulailah aku memagut bibirnya, selama beberapa menit kami mempertahankan posisi seperti itu. Kami saling berpagutan dengan mulut kedua kami saling menjalar ke seluruh rongga mulut lawan. film pun berganti adegan, sang lelaki bule mulai menggerayangi tubuh si asia, kayanya thai deh. Baju si wanita disingkap keatas dan toketnya mulai diemut oleh si bule. “Pengen deh di gituin” kataku sambil melepaskan ciuman kami. Posisiku sekarang duduk sambil duduk, aku tetep duduk di pangkuannya. “Ya udah, bajunya di buka” jawabnya.

Aku dibuka bajuku lambat, sedikit demi sedikit toketku yang tidak tertutup bra mulai tersingkap. Seperti orang bodoh, toketku hanya dapat diabaikan tanpa melakukan apa-apa. “Kok cuman diliatin doang, aku pake lagi nih bajunya” kataku kesel. "Maaf, tidak bisa berkata-kata, gede amir, dulu-dulu baru pernah liat yang ginian selain ibuku punya, eh besar lagi. sexy banget tubuh kamu ”, jawabnya untuk meredakan rasa keselku. “Ach masak begini saja seksi dan cantik, biasa aja kali. di emut dong ”kataku lagi sambil tersenyum. "Nggak ahh, entar lecet, nanti kalo mandi kan istirahat," jawabnya. "Jadi gimana dong?" "Aku jilatin aja, mau nggak?"

Kami langsung berpagutan lagi. Dia mencium bibirku, lalu melepaskanku dan menarik kembali ke arah toketku. lidah menjulur dan mulai menjilati melingkar melewati pentilku, ujung pentilku disentuh menggunakan ujung lidahnya. "Mmhh ... enak bang, terus..terus .. yang kanan juga..aahh," desahku yang membuat dia senang melakukan. Lima belas menit dia menyerang kedua toketku, hanya suara desahan yang keluar dari bibirku, saat tubuhku mengelijang hebat, ada cairan membasahi celanaku. “Sin, celana kamu basah” “iya, Sintia kluar tadi”, jawabku sambil mencium pipinya.

Adegan di film kini berubah lagi, konti bule yang besar panjang sudah sedari tadi tegang mulai diurut turun naik oleh siprempuan., Kemudian mulai masuk ke mulutnya. “Mau Sintia gituin nggak?” Tanyaku. “Udah gak usah, lain kali aja” jawabnya cepat. “Nggak apa-apa, nggak berhasil malu… ..enak lagi” balasku. Aku langsung menarik celananya, dan langsung menggenggam kontinya yang belum menegang sama sekali dibalik cdnya. "Gila, Sintia udah hampir dua kali orgasme, abang berdiri aja belon". "Aku baru sekali diginiin" jawabnya.

aku kemudian menarik turun celananya. "Besar juga punya abang, beda dikit lah ama yang di film", kataku sambil tersenyum. Aku mengenggam kontinya dan mulai mengurutnya dari atas ke pangkal pahanya, selama 10 menit, kemudian aku menempelkan bibirku ke ujung kepala kontinya dan menghisapnya perlahan, kujilati kembali kepala kontinya dan lalu kukulum dengan mengeluarmasukkan kontinya ke dalam mulutku. "Udah ... udah ... udah ...", katanya sambil mencoba menarik kontinya keluar dari mulutku, keluarlah maninya di dalam mulutku.

Aku agak terkejut dan mengeluarkan kontinya dari dalam mulutku jadi muncratan mani berikutnya membasahi wajahku. Aku bisa menerimanya dan kujilati yang masih diterima di kontinya. Wah blon apa2 dah ngecret dianya, percaya deh kalo dia masi perjaka ting ting (sodaranya ayu ting ting kali ya). Dia membetulkan clananya lalu mengambil handuk di lemari untuk membersihkan maninya di wajahku. “Ketelen gak?” “Dikit ..” jawabku sambil tersenyum.

Film Tibalah itu di puncak aksinya, si bule membuka cd si prempuan dan mulai melumat slangkangannya. "Rebahan deh," katanya. Saat aku berbaring di tempat tidur, dia telungkup di atasku dan mulai menciumku lagi. Kemudian dia menyerang leherku, seperti mengajarkan di film itu. "Mmhh ..", lenguhku.

Tak lama setelah itu, kedua toketku dimainkan, dipijat perlahan dan mulai dijilat pelan. Desahan nikmat terdengar dari mulutku kompilasi dia menghisap dan menggigit-gigit kecil kedua pentilnya. "Ooohh .. baang .. teruuss baanngg ..!" Jeritku pelan dan tertahan-tahan. Dia terus mengulum toket dan pentilku. Kemudian turun ke arah dan pusarku, dia menjilat puskesmas sambil meremas lembut kedua toketku. Aku menggenggam dengan kuat rambutnya sambil menjepitkan kakiku ke badannya. "Bang .. Sintia nggak mau disituu ajaa..teruuss tuurruunn .."

Dia mengikuti kemauanku. Dihentikannya remasan pada kedua toketku, aku menaikan pinggulku dan turun celanaku. Sekarang aku sudah tidak mengenakan sehelai benang pun di tubuhku. “Kok nggak pake cd si,” katanya sambil mencubit pipiku. “Kalo nggak ada abang sih pake Sintia, tapi kalo ada abang ya gak lah, kalo tiba-tiba abang minta gimana?” Jawabku.

dia kembali menciumi pusarku sampai di atas vegiku yang tidak memiliki bulu sedikitpun. “Sering dicukur ya Sin?” “Nggak juga sih, gak tau kenapa, bulunya lama numbuh” jawabku. Dia menjilati dengan lembut pusarku hingga aku menggelepar menerima rangsangan yang terasa nikmat. “Ach .. Uch bang enak sekali ..” ceracauku sambil terengah-engah. Aku memejamkan mataku, kunikmati saja ciumannya yang panas. lahan terbuka dengan tangan dia didirikan kedua belah bibir vegiku.

dengan melepaskan jeritan kecil, aku membalikkan ke arah vegiku sambil mendesah, "Bang .. oohh .. ngg .. nikmaatt .. bang .." Khas, agak asin dan kental. Dia menghabiskan sekaligus menghabiskannya. Dikecupnya klitku. Aku menjerit kecil dan menggoyangkan pantatku naik turun undian dan desahan nikmat kadang-kadang jeritan-jeritan kecil. belajar cepet juga dia rupanya, sekali liat di bokep langsung ngerti kudu ngapain.

aku lebih suka terangsang lagi sampai kuangkat-angkat lebih dekat dengan mulutnya. Dia pun merespons hal itu dengan memainkan lidahnya ke dalam vegiku, kemudian dia memperbaiki jilatannya di liang vegiku. Semakin cepat dia menjilat, semakin aku menjangkiti di tengah kedua pahaku, “kalo Sintia tau enaknya gak ketulungan gini, Sinta dah minta dari awal”. Aku semakin terkejut dan berusaha menarik rambutnya agar menjauh dari vegiku, tetapi dia berhasil memainkan gamenya hingga kurasakan cairan keluar membasahi vegiku.

Aku mengerang panjang, “Ooohh baang .. Sintia keluaarr..mmff ..” sambil menjepitkan pahaku kedua di kemudian sampai dia sulit bernafas. Akhirnya jepitanku berangsur-angsur jatuh dan aku tergeletak sambil membukakan kedua pahaku dan dia bisa menghirup udara segar baru.
"Enak?" Tanyanya. “Iya, enak lah”. “Ya udah, gitu aja dulu yah, kepalaku sakit banget, abis kamu jambak tadi”. “Kok udahan sih? maaf tadi Sintia keenakan jadinya narik-narik rambut abang deh. ”“ entar baru nyambung lagi ya ”. “Iya, tapi jangan lama-lama”.

Aku hanya berbaring di tempat tidur, tubuh bugilku ditutupinya dengan selimut. Film porno itu di 'pause' sebentar. Dia segera menuju wastafel untuk melanjutkan, kulihat waktu menunjukkan jam 11.00. Setelah minum segelas air, dia langsung kembali ke kamar dan merebahkan dia disampingku, “Dosa, aku mau minta maaf kalo aku udah jutek sama kamu sejak kita nikah, sekarang aku ngerasa banget banget”. “Biarin aja kembali yang kayak gitu mah, gak usah dipikir lagi, Sintia juga udah lupa, abang juga makin hari makin asik, seneng Sintia ”, jawabku.

“Kok jadi gerah ya”, katanya sambil membuka baju kaosnya dan tinggal memakai celana keranjang yang sejak tadi dipakainya. "Ribet banget nih selimut ..." kataku sambil menerima selimut yang menerima tubuhku, aku segera memulai lagi adegan di film yang sebelumnya kami 'jeda'. Aku menarik dan menempelkan telapak dipindahkan ke selangkanganku. Sekarang adegan di film itu bertambah panas, pemeran pria di film itu mulai memasukkan kontinya ke vegi pemeran wanita. Pemeran wanita di film itu hanya menggumam tak karuan. Beberapa menit kami menyaksikan film itu.

“Mau coba gituan?” Tanyaku. “Kalo sekarang nggak bisa, gak apa-apa juga… ..kamu aja yang master blon siap apa lagi aku,” jawabnya. “Kita coba tapi pelan-pelan yah… soalnya Sintia kan masih perawan”. “Gak apa-apa nanti aja.” “Tapi Sintia pengen banget.” “Ya uda. ,,, tapi bakal sakit loh nanti.” Dia menghentikan filmnya dan melepaskan celananya. Kontinya dah tegang lagi, bole juga tu, baru ngecret dah bisa keras lagi.

Aku mengangkat pinggulku dan pantatku disanggah dengan bantal. Dia membuka sedikit lubang vegiku. “Beneran masukin sekarang?” Tanyanya. “Iya bang tapi pelan-pelan yah”. Dia menggesek-gesekan kepala kontinya pada vegiku yang sudah banyak lendirnya. “Ayo bang cepat, Sintia sudah tidak tahan lagi” pintaku dengan bernafsu. Dengan perlahan tapi pasti dia memasukkan kontinya ke dalam vegiku. Terasa perih kompilasi selaput prawanku ditrobos kontinya, aku meneteskan air mata. Ada darah di batang kontinya. Aku mulai menggoyangkan pinggulku, karena dia mengimpun kontinya pelan-pelan di dalam vegiku. “Sakit?”, Tanyanya pelan. "Udah nggak kok, ... perih aja tadi, banget ..." jawabku. “Mau diterusin?” Tanyanya lagi. “Iya ..” jawabku manja.

Perlahan mulai dia masuk ke vegiku sampai pada akhirnya masuk semua. Lalu dia tarik pelan-pelan juga dan dipasang lagi sampai masuk dan terasa dikerjakan bibir rahimku saking alasnya. Dalam permainan ini kami saling cium menjalarkan tangan kesana kemari sambil mengeluarkan suara rahasia di antara kami. Aku hanya menggumam sambil meremas toketku ndiri. "Ennnaaakk bang ..." sampai selang beberapa lama dia memaju mundurkan pinggulnya, makin lama makin cepat. kami hampir bersamaan orgasme dan gak lama lagi, “Bang pompa yang cepat, bang, Sintia mau keluar ach .. Uch .. Enak bang”, lenguhku, sampe akhirnya, “mmhh… Sintia…. keelluuaarr .. ”Dengan hitungan detik kami berdua orgasme bersama sambil merapatkan pelukan dan kontinya berkedutan di dalam vegiku. 

Perlahan mulai dia masuk ke vegiku sampai pada akhirnya masuk semua. Lalu dia tarik pelan-pelan juga dan dimasukkan lagi sampai masuk dan terasa dikerjakan bibir rahimku saking alasnya. Dalam permainan ini kami saling cium menjalarkan tangan kesana kemari sambil mengeluarkan suara rahasia di antara kami. Aku hanya menggumam sambil meremas toketku ndiri. "Ennnaaakk bang ..." sampai selang beberapa lama dia memaju mundurkan pinggulnya, makin lama makin cepat. kami hampir bersamaan orgasme dan gak lama lagi, “Bang pompa yang cepat, bang, Sintia mau keluar ach .. Uch .. Enak bang”, lenguhku, sampe akhirnya, “mmhh… Sintia…. keelluuaarr .. ”Dengan hitungan detik kami berdua orgasme bersama sambil merapatkan pelukan dan kontinya berkedutan di dalam vegiku. Lemas dan capai kami berbaring hanya untuk memulihkan tenaga. Orgasme ku disusul olehnya, senang sekali melihat expresinya kompilasi menyemprotkan maninya di dalam vegiku. Cairan yang keluar dari sayuran bercampur sedikit dengan darah. "Dosa..mohon tadi aku keluarin di dalem ..", katanya. “Nggak apa-apa kali, .. kalo nanti Sintia hamil .. ya abang jadi bapaknya.” Akhirnya kami pun menyelesaikan dan tertidur.

Kira2 satu jam kami tertidur, aku terbangun dan menuju kamar mandi, pipis. Dia membicarakanku ke kamar mandi, rupanya pipis juga. Setelah itu kami kembali lagi ke tempat tidur. Gairahku timbul lagi untuk mengulangi kenikmatan yang baru aja aku rasakan. aku menggapai kontinya untuk aku kulum. “Mau lagi ya” tanyanya. “Ehm, habis nikmat bang, Sintia mau lagi ya”. "Enak kan Sin kontiku", katanya sambil menikmati kulumanku. “Jelas bang enak, punya abang kan besar lagi, ada 17 cm ya bang. Awaknya si perih tapi udahannya nikmat buangetz ”.”

Dia diam tidak menjawab karena sangat menikmati kulumanku. Aku mengulum dan menjilati pelirnya sampai dia terangsang sampai orgasme kedua. Aku berhenti untuk menjilatinya dan ganti dengan posisi 69. Dari posisi ini kami saling mengulum lagi. vegiku dia membuka sedikit dengan jari dan memasukkannya jarinya sambil dikeluar memasukkan. Selang beberapa lama kami melakukan pemanasan maka dia berinisiatif untuk melakukan penetrasi pada vegiku. “Dosa jika masih mau, kamu nungging gih, kaya di film tadi, sepertinya juga juga ya” pintanya. “Oh, mau doggy style ya, ayo” ajakku bersemangat.

Setelah aku siap menungging, dengan perlahan ditempelkannya kepala kontinya ke bibir vegiku dan perlahan
-lahan masuk sedikit demi sedikit, "Terus bang .. emmff .. enaakk, oohh .." aku mendesah. "Bleess ..!" Akhirnya masuk semua batang kontinya ke dalam vegiku, kemudian mulai bergerak maju mundur, aku menggoyangkan pinggul seirama dengan gerakan pantatnya. "Aaahh .. bang .. enak sekali ... teruuss .. oohh .." aku merintih penuh nikmat.

Ada kira-kira 5 menit kami saling bergoyang dan tangan kirinya menjalar ke toketku dan diremas-remas pelan. Kontribusi masuk semakin dalam dan dipompanya dengan semakin cepat sampai aku semakin menikmati permainan ini. "Ooohh .. baangg .. Sintia nggak tahan lagi .." rintihku dan akhirnya aku mencapai orgasmeku lagi. Dia semakin gencar menggenjot kontent keluar masuk vegiku sehingga akhirnya diselesaikannya dengan cepat jadi kontinya tenggelam habis ke dalam vegiku dan "Sroott .. sroott .. sroott .." Berapa banyak mani yang disemprotkan di dalam vegiku.

Kami berdua mencapai klimaks orgasme pada saat yang sama. Hubungi dia dah lulus dari kursus singkat bokep. Dia mencabut kontinya dari vegiku dan terkapar disebelahku yang telungkup diranjang. setelah permainan itu kembali kami kembali tertidur dalam posisi itu.

Saat kami terbangun hari sudah siang banget. Dengan mesra aku ajak dia mandi bersama. Di kamar mandi kami saling membersihkan dan berciuman. Siapa dulu memulai kami tidak tahu karena spontan aku segera jongkok dan siap menjilat dan mengulum kontinya yang sudah siap berdiri. Lalu kukulum kontinya sambil mengocoknya pelan-pelan naik turun.

Setelah dia menerima nikmat lalu ganti dia yang jongkok dan minta aku berdiri sambil kakiku ditumpangkan di kloset wc, agar siap menerima serangan lisan nya yang nikmat.
Dia menyerang selangkanganku dengan lidah yang menari-nari kesana pada klitku sehingga aku mengerang sambil memegang perbaikan untuk menenggelamkannya lebih ke vegiku. dia menjulurkan lidahnya lebih ke dalam vegiku sambil dia korek-korek klitku dengan jari manisnya. Lebih hebat rangsangan yang aku rasakan dari dia sampai aku bertambah orgasme dengan derasnya hingga lendir kenikmatan itu keluar tanpa bisa dibendung lagi. Dijilatinya dan ditelannya semua lendir, nikmatilah, yang ada, itu tidak selamat. “Gimana Sin, rasanya permainan kita tadi, puas tidak?” Tanyaku. “Puas banget bang, tapi abang blon kluar”.

Kami saling membersihkan diri, disiraminya seluruh tubuhku, kemudian disabuni. Aku melakukan hal yang sama terhadapnya. Tubuh kami masih basah, kontinya mulai mengeras kembali akibat remasan tanganku, sementara dia mengusap-usap toketku kemudian turun mengusap bibir vegiku. jarinya masuk dan mempermainkan klitku dengan lembut. Aku mulai mendesah. Sambil berpandangan kami saling mengusap, meremas lembut apa saja yang bisa kami tambahkan, jadi pengen maen lagi.

Tanpa menghabiskan untuk mengeringkan badan, aku ditarik kembali ke tempat tidur, direbahkannya aku dan dengan agak kasar mulai gak tahan, aku menarik jadi dia jatuh menindihku. Kami saling memandang, diciumnya dengan lembut bibirku. Aku menggigit lembut bibirnya sambil tanganku mulai meraba kontinya yang masih tegang, kubelai dan kukocok pelan-pelan, siapkan merintih nikmat sambil memejamkan mata, sembari mulut kami perbarui dengan kecupan-kecupan yang makin lama makin buas. Tangannya meremas toket dan pentilku yang mengeras.

Aku bangun dan merayap ke atas hingga vegiku tepat di atas hidung dan mulutnya. Dia memuji pantatku dan mengecup bibirnya dengan klitku dengan lembut. Dia memainkan lidahnya pada klitku terus ke lubang vegiku, "Ooohh bang .. teruuss .. baang ..!" Erangku nikmat. Balasku bergoyang mengimbangi permainan bibir dan lidahnya.

Aku bisa menahan napsuku sehingga aku memprovisisikan vegiku di atas kontinya, kuarahkan kontinya ke vegiku kemudian mundur kutolak sehingga masuklah kontinya penuh ke lubang vegiku. Aku merebahkan tubuhku diatasnya. Dia mulai menggerakkan pantatnya keatas memberi tekanan pada vegiku dengan kontinya. Akupun menyambut serangannya dengan menggerakkan juga pantatku naik turun dengan landas. Makin cepat .. makin cepat .. ”Ooohh .. bang .. mmff ..” desahanku semakin menggila.

Tangannya tidak tinggal diam, kedua toketku diremas dan pentilku diplintir lembut menambah kenikmatan bagiku. sekonyong-konyong aku menjatuhkan badanku ke atas dadanya jadi remasan di toketku melepaskan. "Bang .. Sintia nggak tahaann .. oohhmmff .." lenguhku sambil memagut bibirnya dan akupun nyampe kembali. Vegiku berdenyut keras memerah kontinya yang masih nancap dengan gagahnya sehingga akhirnya dia gak bisa bertahan lebih lama lagi, dan “Srroott .. Srroott .. Srroott ..” maninya muncrat.

Aku menelungkup diatasnya, bibirku dipagutnya sambil memelukku erat sekali. Hebat juga si abang, yang tadinya cuek saja muncul menjadi pejantan tangguh di ranjang yang bisa membuat aku berkali2 mendapat O, luar biasa. Dah semuanya selesai terasa karena hari dah mo siang tapi kita sarapan ja belon. sarapannya diganti sarapan di tempat tidur alias emel.

akhir pekan itu kamu terus saja mengadu conti dan vegi, staminanya benar2 hebat seakan2 dia gak pernah puas menggenjot vegiku dengan continya sampe aku lemas

No comments:

Post a Comment