Saturday, April 20, 2019

Cerita Pemuas Nafsu Kenikmatan Seks Antar Tetangga Sungguh Nikmat

Pemuas Nafsu - Aku dan suamiku sudah pindah kerumah kami sendiri. Kami baru pindah ke kompleks perumahan yang masih sangat baru.

Belum banyak penghuni yang menempatinya, malahan di gang rumahku (yang terdiri dari 12 rumah) baru 2 rumah yang ditempati, yaitu rumahku dan rumah Pras. Rumah Pras hanya berjarak 2 rumah dari rumahku. Karena tidak ada tetangga yang dibaringkan, Pras jadi cepat sekali dengan keluarga saya.




Aku dan Winda, istri Pras seperti sahabat lama, menyambut kami seumuran. Hampir setiap hari kami saling curhat tentang apa saja, termasuk soal seks. Biasa kami berbincang di teras depan Winda kalau sakit sambil Winda menyuapi Aria, anak mereka. Aku kurang “senang” soal tempat tidur ini dengan losmeniku. 

Bukannya suamiku ada kelainan, tapi dia senang menembak langsung tanpa persiapan, sangat konservatif tanpa variasi dan sangat egois. Begitu sudah ngecret ya sudah, dia tidak peduli lagi dengan saya. Saya sangat suka mencapai kepuasan dengan suamiku. Ingat Winda bercerita bila dia sangat “senang” dengan kehidupan seksnya. Pras hanya bisa memberikan kepuasan bagi yang diberikan.Kami saling berbagi cerita dan sebaliknya sangat mendetail sebaliknya.

Jum'at petang itu hanya bisa dibuka di rumah saja. Terdengar ketukan di pintu sambil memegang2 nama suamiku.Aku membukakan pintu. “Eh .. Mas. Masuk Mas, ”sapaku ramah. Aku baru selesai mandi jadi tanpa make up dengan rambut yang masih basah tergerai sebahu. 

Aku mengenakan batik daster mini warna hijau tua dengan dada rendah, tanpa lengan yang memeperlihatkan pundak dan lengan yang putih dan sangat mulus. “Nnng… suamimu mana Sin?” “Wah ke luar kota Mas.” “Tumben Sin dia tugas luar kota. Kapan pulang? "" Iya Mas, pulang ada acara promosi, jadi dia harus ikut, sampai Minggu baru pulang.

Mas Pras ada perlu ama suamiku? "" Enggak kok, cuman pengin ngajak catur aja. Lagi kesepian nih, Winda ama Aria nginep dirumahtua. "" Wah kalo cuman catur utama ama Sintia aja Mas. "" Emang Sintia bisa catur? "sambil tersenyum." Ya bolehlah, aku pengin menjauh dari Sintia, "katanya dengan nada agak nakal. Aku hanya tersenyum menjawab godaanku. Aku membuka pintu lebih lebar dan mempersilahkan dia duduk di kursi tamu." Sebentar ya Mas, Sintia mengambil minuman. Mas susun dulu caturnya. "

                   BACA    JUGA >>>>  Cerita Pemuas Nafsu Gadis Perawan Yang Polos


Aku melenggang ke ruang tengah. Pas sambil melangkah sambil membawa baki yang berisi 2 cangkir dan sepiring kacang goreng kegemarannya dan suamiku jika ingin main catur lagi, dia sedang menyiapkan biji2 catur dipapannya. Aku membungkuk meletakkan baki di meja, mau tak mau dada dasterku terbuka dan menyingkap dua bukit toketku yang putih dan sangat padat. Aku tidak memakai bra. 

Kemudian aku duduk di kursi sofa di seberang meja. “Siapa jalan duluan Mas?” “Sintia kan putih, ya jalan duluan dong,” jawabnya. Beberapa saat kami mulai asik menggerakkan buah catur. Aku membuktikan itu Aku cukup memecahkan permaian ini. Beberapa kali langkah ku. Tapi aku menghukum kerepotan dengan langkahnya.

Beberapa kali saya harus memutar otak. Kadang2 aku membungkuk di atas meja yang rendah itu dengan kedua tanganku bertumpu di pinggir meja. Posisi ini tentu saja hanya membuat dasterku lebar lebar dan kedua toketku yang aduhai itu menjadi santapan empuk kedua sudut. Satu dua kali dalam posisi seperti itu aku mengerling dan memergoki dia sedang menikmati toketku. 

Aku dibuka kembali sambil mencoba aku sama sekali tidak mencoba menutup lagi dengan tanganku. “Cckk cckk cckk Sintia memang hebat, aku ngaku kalah deh.” “Ah dasar Mas aja yang ngalah dan nggak serius mainnya. Konsentrasi dong Mas, ”jawab ku sambil tersenyum. "Ayo main lagi, Sintia belum puas nih." Kataku rada genit.

Kami main lagi, permainan berjalan lebih seru, membuat kompilasi saat berpikir, tanpa sengaja membawa biji catur yang sudah “mati” ke lantai. Dengan mata masih menatap papan catur aku mencoba mengambil biji catur dari lantai dengan tangan kananku. 

Rupanya dia juga melakukan hal yang sama, sehingga tanpa sengaja tangan kami saling bersenggolan di lantai. Entah siapa yang memulainya, tapi kami saling meremas tangan di sisi meja sambil duduk di kursi masing-masing. Aku melihat ke arahnya. dia masih dalam posisi duduk membungkuk. Jari tangan kirinya masih terus meremas jari tangan kananku.

Dia menjulurkan kepalaku dan mencium ku dengan sangat mesra. Aku sedikit terperanjat dengan langkahnya, tapi hanya sepersekian detik saja. Aku melenguh pelan, "oooohhh ..." Dia tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia mengkulum lembut bibir ku sambil tangan kanannya melingkar di belakang leherku. 

Aku menyambutnya dengan mengulum balik bibirnya. Kami saling berciuman dengan posisi duduk berseberangan dengan meja. Kuluman bibirnya ke bibirku berubah menjadi lumatan. Bibirku disedot pelan, dan lidahnya mulai menyeberang ke mulutku. Aku pun menyambutnya dengan permainan lidahku.

Merasa tidak nyaman dalam posisi ini, dia lepaskan ciumannya. Dia bangkit berdiri, berjalan mengitari meja dan duduk di sisi kiri ku. Belum sedetik dia duduk aku sudah memeluknya dan bibirnya kembali melumat kedua bibirku. Lidahnya terus menjelajah seluruh isi mulutku sepanjang yang bisa dia lakukan. Aku pun tak mau kalah revisi. Harus akui aku belum pernah berciuman begini panas, bahkan dengan suamiku juga. 

Dia mencium sisi kiri leher ku yang putih jenjang. Rintih kegelian yang keluar dari mulut ku dan bau sabun yang harum semakin memompa semangatnya. Ciumannyabergeser ke belakang telinga ku, sambil sesekali menggigit cupingnya lembut. Aku semakin menggelinjang penuh kegelian bercampur kenikmatan. "Aaahhhh ... aaaahhhhh," aku merintih pelan. Dia merangkul leherku dengan lengan kanannya.

Tangan kanannya mulai menelusup di belakang dasterku dan merayap perlahan menuju puncak toket ku yang bersebelahan Toketku memang sangat padat. Bentuknya sempurna, ukurannya cukup besar karena tak mampu. Jari2nya mulai menari di sekitar pentil ku yang sudah mulai menantang. Dengan ibu jari dan telunjuknya dia memelintir lembut pentilku yang mungil itu. TURNAMENT

Aku kembali menggelinjang kegelian. Aku menolehkan wajah ke kiri dengan mata yang masih terpejam. Dia melumat bibirku. Kami kembali berciuman dengan panasnya sambil kembali terus bergerilya di toket kananku. Ciumannya semakin ganas dan sesekali menggigit bibirku lembut.

Tangan kirinya bergerak ke kanan paha kiri yang mulus. Lambat namun pasti, usapan tangan yang diarahkan semakin bertambah pangkalaku. Ketika jarinya mulai dibuka, ku akan segera pindah. Tangan kirinya kembali, dia mengusap lembut pahaku mulai dari atas lutut. Gerakan ini diulang beberapa kali sambil tangan kanannya masih memelintir pentil kanan ku dan mulut kami masih saling berpagutan.

Ciumannya semakin mengganas. Dia pun mulai meraba no nokku yang masih terbalut cd itu. no nokku berdenyut lembut. Dengan jari tengah tangan kirinya, dia bergerak selesai tepat di tengah no nokku. Denyutan itu makin terasa. "Aaahh ... Mas ... aahhh .. iya .. iya," aku melenguh sambil sedikit meronta dan kedua tanganku menyingkap daster miniku dan menurunkan cdku hingga ke lutut. Serta merta mata bisa menatap leluasa no nokku. Bukitnya menyembul indah, jembutku cukup lebat. Di antara kedua gundukan tidak nokku itu terlihat jelas yang kentara sekali berwarna merah kecoklatan.

Kemudian jari2 tangan kirinya mulai membelai semak2 yang terasa sangat lembut itu. Aku membalas terhadap belaiannya dengan menciumi leher dan telinga kanannya. Aku semakin erat memeluknya. Tangan kanannya dari tadi tak berhenti meremas2 toket ku yang sangat berisi itu. 

Jari2nya mulai mengusap nokku lembut yang sangat halus itu. Perlahan dia menyisipkan jari tengah kirinya di celah no nokku. Aku rasakan sedikit lembab dan agak berlendir. Dia menyusup lebih dalam lagi sampai dia menerima ilku yang sangat mungil. Dengan gerakan memutar lembut dia mengusapnya ilku. "Ahhhh ... iya ... Mas .. ahhhh .. ahhhh." Jari tengahnya sedikit menguat ke ilku, sambil digosokkan naik ke atas. Aku meresponsnya dengan membuka lebar kedua pakuaku, namun gerakanku terhalang cd yang masih bertengger di kedua lututku.

Sejenak ia berhenti gosokan jarinya, ia menggunakan tangan kirinya untuk menurunkan cdku. Aku membantu dengan mengangkat kaki sampai aku melepaskan dan hanya melepaskan di lutut kanan ku. Gerakan ku sudah tak terhalang lagi. Dengan lebar kedua pahaku. Jarinya sekarang leluasa menjelajah seluruh no nokku yang sudah sangat licin berlendir itu. 

Dia menggosok2 itu dengan lebih kuat sambil sesekali mengusap ujung tidak nokku dan digesek keatas kearah itu ilku. Aku menggelinjang semakin hebat. "Aaaaaahhhhh .... Mas .. Mas ..... ahhhhh .. terus ... ahhhhh," pintaku sambil merintih. Intensitas gosokannya semakin dia tingkatkan. Dia mulai memperbaiki bagian luar lubang no nokku. "Iya ... ahhh ... iya .. Mas ... "

Aku hanya tergolek bersandar di sofa yang empuk itu. Kepalaku terdongak kebelakang, mataku tertutup rapat. Mulutku terbuka lebar sambil tak henti mengeluarkan erangan penuh kenikmatan. Tanganku terkulai lemas tak lagi memeluknya. Tangan kanannya pun sudah berhenti bekerja karena merangkul aku dengan keras agar aku tidak melorot ke bawah. Daster ku sudah terbuka sampai keperut, menyingkap kulit yang sangat putih mulus tak bercacat. Cdku masih bertahan di lutut kananku. Pahaku mengangkang maksimal. Jarinya masih menari-nari di seluruh bagian luar no nokku.

Dia sengaja belum membahas bagian dalam no nokku. Aku sekarang menggeleng2 kepala ke kiri kanan dengan pembohong. Rambut basahku yang sudah mulai kering tergerai acak2an. "Mas ... Mas .... ahhhhh .... enak .... ahhhh nggak tahaaann .. ahhhh." Aku sudah hampir mencapai puncak kenikmatan birahiku. Dengan lembut dia mulai menuukkan jari tengahnya ke dalam nokku yang sudah sangat basah Dia menyorongkan sampai seluruh jarinya tertelan tidak ada nokku yang cukup sempurna itu. 

Dia menarik dengan sedikit dibengkokkan keatas sehingga ujung jarinya menggesek lembut dinding atas no nokku. Gerakan ini selesai, masuk lurus bengkok, pergi langsung bengkok, maju Tak sampai 10 kali gerakan ini, tubuhku menjadi kaku, kedua tanganku mencengkeram sofa yang ketat. Kepalaku semakin mendongak kebelakang. Gerakannya dipercepat dan ditingkatkan lebih dalam lagi. "Aaaaaahhhhhhhhhh."

Aku melenguh dalam satu tarikan nafas yang panjang. Tubuhku sedikit menggigil. Aku bisa merasakan jari-jari semakin terjepit kontraksi otot nokku, dan bersamaan dengan itu cairan noktku menyiram jarinya. Aku telah nyampe. Dia tidak menghentikan gerakan jarinya, hanya sedikit mengurangi kecepatannya. Tubuh ku masih menggigil dan menegang. 

Mulutku terbuka tapi tak ada suara yang keluar sepatahpun, hanya nafas kuat dan pendek2 yang keluar lewat mulutku. Kondisi demikian berlangsung selama beberapa saat. Kemudian tubuh ku berangsur melemas, dia pun melepaskan gerakan jarinya sampai akhirnya dengan sangat lambat dia cabut dari no nokku.

Mata ku masih terpejam rapat, bibirku masih sedikit ternganga. dengan lembut dan lembut dia mendekatkan bibirnya ke mulut ku. Dia mencium mesra bibirku yang sensual itu. Akupun kalah dengan tak kalah mesranya. Kami berciuman bak cinta yang saling jatuh cinta. Agak berbeda dengan ciuman yang menggelora seperti sebelumnya. 

"Nikmat Sin?" Dengan lembut dia berbisik di telinga ku. "Mas ... ah ... Sintia belum pernah merasakan kenikmatan seperti tadi .. Mas benar-benar. Mas sangat pinter ... Makasih Mas ... Winda sangat beruntung punya suami Mas." "Aku yang beruntung Sin, bisa memberi kepuasan kepada wanita secantik dan semulus kamu. "" Ah Mas bisa aja ... Sintia jadi malu. "

Akhirnya aku sadar akan kondisiku saat itu. Dasterku awut2an, pahaku masih terbuka lebar, dan cdku tersangkut di lututku. Aku segera duduk tegak, menurunkan dasterku jadi menutup pangkal pahaku. Akhirnya aku bangkit tiba. "Sintia mau cuci dulu Mas." "Aku ikut dong Sin, ntar aku cuciin," dia menggodaku. "Ihhh Mas Genit." 

Sambil berkata demikian, aku menggamit menyetujui dan menariknya ke kamarku. Sampai di kamarku dia berkata: "Aku copot pakaianku dulu ya Dosa, biar nggak basah." Aku tidak bertanya apa2 tapi bisa membuka dan membantu membuka celananya semantara dia melepaskan kaosnya.

Dia kemudian melepaskan juga celananya dan hanya memakai cd saja. Aku melirik ke arah cdnya. Percayalah pada tol yang besar dan panjang (sudah lengkap dengan toliku yang kecil) sudah menegang. Dia maju selangkah dan mengangkat ujung bawah keatas dan aku mengangkat kedua membuatnya mudah dilepaskan. 

Dia tampak mengagumi tubuhku. Toket yang dari tadi hanya diraba sekarang terpampang dengan jelas di hadapannya. Bentuknya bundar kencang, cukup besar, tetapi masih proporsional dengan ukuran tubuh ku yang seksi itu. Pentilku sangat kecil jika dibandingkan ukuran bukit toketku. Warna pentilku coklat agak tua, sangat kontras dengan warna kulit ku yang begitu putih.

Perut ku benar-benar kecil dan rata, tak tampak sedikitpun timbunan lemak di sana. Pinggulku penuh indah dan pantatku sangat seksi, padat dan sangat halus. Pahaku sangat halus dan padat, betisku tidak terlampau besar dan kombinasi kakiku sangat kecil. "Mas gratis ... Sintia udah buka tapi Mas belum buka cdnya." Tanpa menunggu reaksinya, aku maju selangkah, agak membungkuk dan memelorotkan cdnya. Dia membantu dengan keluar dari cdnya. 

kontolnya yang sedari tadi sudah berdiri tegak langsung menyentak. Besar dan panjang, mengangguk2 saking kerasnya. Kami berdua berdiri berhadapan sambil bertelanjang bulat saling memandangi. Tak tahan melihat tubuh molek, dia terus memeluk tubuhku dengan erat. Kulit tubuhku langsung bersentuhan dengan kulit tubuh tanpa sehelai benangpun yang dihasilkan. “Kamu cantik dan seksi sekali Sin.

Sambil berkata demikian dia merangkul lalu masuk ke kamar mandi. Dia menyemprotkan sedikit udara dengan shower ke no nokku yang masih berlendir itu. Kemudian dia memeluk ku dari belakang dan menyabuni seluruh permukaan no nokku dengan lembut. Aku suka apa yang dia lakukan, aku merapat punggungku jadi kon tolnya menempel rapat ke pantatku. Dengan gerakan lambat dan teratur dia menggosok selangkangan dengan sabun. 

Aku mengimbanginya dengan mengggerakkan pinggulku seirama dengan gerakannya. Akhirnya selesai juga dia membantu ku mencuci selangkanganku dan mengeringkan diri dengan handuk. Sambil saling rangkul kami kembali ke kamar dan berbaring bersisian di tempat tidur. Kami saling berpelukan dan berciuman penuh kemesraan. Dia meraba seluruh permukaan tubuh dengan lancar, Aku pun beraksi untuk mendapatkan yang lebih baik. Aku

ditelentangkan, kemudian dia melorot dimulai kakiku. Dia mulai mencium betisku, pelan keatas ke pahalu yang mulus. Akhirnya mulutnya mulai dimulai pangkal pahaku. "Ahhhhh Mas .... ah .. jangan .. nanti Sintia nggak tahan lagi .. ah." Sekalipun aku berkata "jangan" namun aku sudah pahaku semakin lebar seakan menerima baik serangan mulutnya itu. "Selamatkan saja Dosa .... Aku akan memberikan apa yang tidak pernah diberikan padamu padamu. 

"Dia menyerahkan jilatan dan ciumannya ke daerah selangkangan ku yang sudah menganga lebar. Bibir tidak nokku yang tebal dan sensual. Perlahan dia mengkatupkan kedua bibirnya ke bibir tidak ada nokku. Sambil" berciuman "dia menjulurkan mendengarnya mendengarek ujung no nokku. "Ahhhh .... Mas… aaaaahhh .. kumohon .. kumohon. ”Begitu mudahnya kata2ku berubah dari“ jangan ”menjadi“ tolong ”. Bibirnya digeser sedikit keatas sehingga dilipat itu ilku yang berwarna pink. Perlahan dia menjulurkan lidahnya dan menjilatinya berkali2.

Aku membuka selangkanganku semakin lebar dan menekuk lututku serta mengangkat pantatku. Dia segera memegang pantatku sambil meremasnya. Lidahnya semakin leluasa sedang disiapkannya di sana. "Aaaaaahhhhhh .... enak Mas .... enak .... ahhhh .. iya .... ahhhh." Hanya itu yang keluar dari mulut kuambil apa yang sedang kurasakan saat ini. 

Dia semakin meningkatkan kegiatan mulutnya, dia mengkatupkan kedua bibirnya ke atas, jadi dia lebih hijau, dia menyedot lebih cepat2 benda yang mengandung kacang hijau itu. "Maaaaasss .... nggak tahaaaan ... ahhhhh .. maassss. ”Dia melepaskan tangan kanannya dari pantat ku, kemudian jari tengahnya kembali beraksi menggosoknya ilku. Lidahnya dijulurkan mengoreksi seluruh lubang tidak ada yang melebihi yang dia bisa. Tubuhku menegang dengan cepat dan selangkanganku semakin terangkat,

Bersamaan dengan erangan dia merasakan ada cairan hangat dan agak asin yang keluar dari no nokku dan langsung membasahi lidahnya. Dia menjulurkan lidahnya lebih ke dalam dan lebih banyak cairan yang bisa dia rasakan. Aku memberontak, segera menarik dia mendekatiku. Tangan kanannya kupegang dan dikirim ke no nokku. 

Sambil terpejam, aku memeluknya dan langsung mencium bibirnya yang masih belepotan dengan lendir kenikmatanku. Dia membiarkan bibir dan lidahku menari di mulutnya menyapu semua yang tersisa di sana. Tidak ada nokku dan digerakkan masuk keluar dengan cepat. Tubuh kembali menggigil dan tidak mengeluarkan cairan lagi. Rupanya itu adalah sisa orgasmeku.

Kami masih berciuman sampai tubuh ku mulai melemas. perlahan dia mengangkat tangan kanannya dari selangkanganku, memeluk ku dengan lembut. Bibirnya pelan-pelan dilepaskan dari cengkeraman mulut ku. Tubuh ku tergolek lemah seakan tanpa tulang. 

Mataku sedikit terbuka jarang mesra. Di bibirku sedikit menyungging senyum penuh kepuasan. "Mas .... itu tadi luar biasa Mas ... Sintia belum pernah digituin ... Mas hebat .. makasih Mas ... Sintia pinjaman banyak ama Mas." "Aku juga sangat senang kok bisa membuat Sintia puas seperti itu" sambil dia mengkecup hangat keningku. Mata ku berbinar penuh rasa terima kasih. Kami berbaring telentang untuk beberapa saat. kon tolnya masih tegang berdiri. 

Aku bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi. Kali ini aku membersihkan diriku sendiri. Dia tetap berbaring sambil mengenangkan keindahan yang baru aku alami. Tak lama kemudian aku kembali dan langsung berbaring di sebelahnya. Mataku menatap lekat ke kon tolnya.

"Mas pengin diapain?" Tanyaku manja. “Terserah kamu Sin, biasanya ama suamimu gimana dong?” Dia mencoba memancingku. “Biasa ya langsung dimasukin aja Mas. Sintia jarang puas ama dia. "" Oh ... terus sintia penginnya gimana? "" Ya kayak ama Mas tadi, Sintia puas banget. ... Sintin pengin cium punya Mas Bisa nggak? "" Emang Sintia belum pernah? "" Belum Mas, "agak jengah aku menjawab," Suamiku nggak pernah mau. "" Ya, mau Sintia mau. "membahas selangkangannya. Aku pegang kon tolnya, kuamati dari dekat sambil melakukan gerakan mengocok.

Sangat kaku dan canggung, maklum baru pertama kali dilakukan. “Ayo Sin ,, aku ngak apa2 kok. Jika Sintia suka, apa yang mau Sintia mau. ”Dengan penuh keraguan aku memenuhi mulutnya ke kepala kon tolnya. Pelan2 kubuka bibirku dan dimasukkan ke mulutku. Hanya sampai sebatas leher kemudian kusedot lambat. 

Aku tetap melakukan itu untuk beberapa saat tanpa perubahan. Dengan lembut dia memegang tangan Kiriku. Dia menggenggam jemariku yang lentik dan ditarik ke mulutnya. Dia memegang telunjukku kemudian dimasukkan ke dalam mulutnya. Dia menggerakkan masuk keluar dengan lambat sambil sesekali dijilat dengan lidahnya saat jari lentikku masih dalam mulutnya. Aku segera paham bahwa dia sedang memberi “bimbingan” bagaimana meminta yang kulakukan.

Tanpa ragu aku mempraktekkan apa yang dia lakukan dengan jariku. kon tolnya kumasukkan ke mulutku, kemudian kepala kuangguk2kan sehingga kon tolnya tergesek keluar masuk mulutku yang sensual itu. Sekalipun masih agak canggung tapi dia mulai bisa merasakan “pelayanan” yang kuberikan. Semakin lama aku semakin tenang dan tidak kaku lagi. Kadang kumainkan lidahku di bagian kepala kon tolnya di dalam mulutku. 

Aku bisa mulai merasakan apa yang kulakukan dengan mulut dan lidahku. Aku mulai berani bereksperiman. Kadang kukeluarkan kon tolnya dari mulutku, dicium batangnya kemudian dimasukkan kembali. Sesekali aku hanya menghisap matang sambil mengocok batangnya. “Gimana Sin rasanya?” “Mas… Sintia merasakan rangsangan yang luar biasa, kon tolnya Mas enak .. Sintia suka, besar - panjang lagi. ”Dia bangkit berdiri di atas kasur sambil bersandar di dinding kepala ranjang. Aku langsung tahu harus bagaimana .....



No comments:

Post a Comment